Belajar Dari Sejarah, Artefak di Desa Simpur Kecamatan Gumay Ulu Kabupaten Lahat Provinsi Sumatera Selatan

Belajar Dari Sejarah, Artefak di Desa Simpur Kecamatan Gumay Ulu Kabupaten Lahat Provinsi Sumatera Selatan

Belajar dari Sejarah, Artefak di Desa Simpur Kecamatan Gumay Ulu Kabupaten Lahat Provinsi Sumatera Selatan. -foto: lahatpos.co-

Ranu peserta Ekspedisi Cerito Kito mengatakan “saya sudah melakukan ekspedisi selama 5 kali selama sekolah di Al Falah yaitu kunjungan 3 provinsi di pulau Jawa selama SMP, Lombok di Nusa Tenggara Barat, Kota Padang di Sumatera Barat dan Sumatera Selatan sebagai penutup saat saya SMA. Menurutku di Sumatera Selatan ini unik karena mempelajari tentang situs megalitik Tinggihari di Desa Simpur Kecamatan Gumai Ulu Kabupaten Lahat. Uniknya karena situs megalitik ini bukan hanya sebuah ukiran saja melainkan terdapat sejarah dan pelajaran dibaliknya serta arca-arcanya patut dibanggakan dan dikenal oleh banyak orang karena bentuk serta sejarahnya yang unik”.

Selain mengunjungi 3 situs megalitik Ekspedisi Cerito Kito juga ke Pusat Latihan Gajah (PLG) Bukit Serelo di Desa Ulak Pandan Kecamatan Merapi Barat. ”Kunjungan ini benar-benar membuka mata kami bahwa gajah bukan hanya hewan besar yang mengagumkan, tetapi juga cerdas dan mampu dilatih untuk membantu manusia dalam berbagai situasi. Pengalaman ini memberi kami pelajaran berharga tentang pentingnya menjaga hubungan harmonis antara manusia dan hewan. Terang Nafila setelah berkunjung ke PLG Bukit Serelo. Kemudian tim ekpedisi  menikmati keindahan Bukit Serelo. ”Bukit ini memiliki keunikan yaitu bentuknya seperti jempol manusia bila dilihat dari arah barat dan terlihat seperti telunjuk bila dilihat dari arah timur. Bukit Serelo benar-benar merupakan bukit terunik di dunia” ujar Adid semangat bercerita.

Sewaktu di Prabumulih Ekspedisi Cerito Kito mengunjungi PT Pertamina EP Asset 2, disini belajar langsung tentang proses hulu (upstream) dalam industri minyak dan gas bumi. Minyak sejak pertama kali ditemukan di Prabumulih pada tahun 1870 dan masih beroperasi hingga kini. “Kami belajar bagaimana proses pengangkatan hidrokarbon dari bawah tanah hingga ke permukaan membutuhkan waktu sekitar 1 hingga 4 bulan, sebelum akhirnya dipisahkan antara minyak dan gas, lalu disimpan dalam tangki pengumpul. Kami juga mempelajari tahapan eksplorasi, mulai dari studi geologi, geofisika, survei seismik, hingga pengeboran untuk memahami struktur dan aktivitas bawah tanah”. Cerita Fina setelah mendengar penjelasan dari pihak Pertamina.

Di Kota Palembang Ekspedisi Cerito Kito, belajar cara membuat pempek, melihat langsung proses pembuatan kain songket di Songket Fikri, ke Sanggar Rumah Budaya Palembang Nian untuk melihat kegiatan belajar menari, mengunjungi Museum Balaputradewa, Museum Sultan Mahmud Badarudin II, Kampung Al Munawar atau Kampung Arab, PLTS di Jaka Baring yang menghasilkan listik dari sinar matahari dan menyusuri sungai Musi yang merupkan sungai terbesar di Sumatera Selatan dengan mengunakan perahu ketek

Selama di Kota Palembang kami juga mempelajari tentang seni dan kebudayaan yang ada di kota palembang, salah satunya adalah tari sambut atau gending sriwijaya yang di persembahkan untuk menyambut para tamu yang datang. Lalu beberapa kerajinan tangannya ada songket, batik, kapur sirih, dan tanah liat, ujar Javier. Kemudian Fina menambahkan “Kunjungan ini menjadi pengalaman berharga yang membuka wawasan kami tentang pentingnya melestarikan warisan budaya melalui tangan-tangan terampil pengrajin lokal”. 

“Yang membuat saya terkesan, seluruh koleksi di museum ini tertata dengan sangat baik dan terawat. Kunjungan ini memberikan wawasan berharga tentang sejarah dan pentingnya pelestarian budaya, kata Alifah menambahkan. Begitulah beberapa kesan dan pengalaman dari Ekspedisi Cerito Kito SMA Al Falah Jakarta Timur selama berkunjung ke Sumatera Selatan untuk melihat dan mempelajari Sumber Daya Alam, Sejarah, dan Budaya.*

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber:

Berita Terkait