Sejarah Kelam Sepakbola Indonesia, Tragedi Kanjuruhan
Suasana di Stadion Kanjuruhan Malang Jawa Timur, saat Arema FC kontra Persebaya Surabaya.-Foto : dok/lahatpos.co-
Kebijakan ini justru membuat situasi makin tidak karuan, karena suporter panik, dan mulai mencari tempat berlindung untuk menyelamatkan diri.
Akibatnya, puluhan suporter dilaporkan pingsan. Bahkan kabar simpang-siur menyebutkan beberapa di antaranya dikabarkan meninggal dunia.
Para korban yang pingsan dan luka-luka ini sempat dikumpulkan di lapangan setelah asap gas air mata hilang, dan selanjutnya dilarikan ke rumah sakit terdekat.
Hingga kini belum ada keterangan resmi dari panitia pelaksana (panpel) pertandingan Liga 1.
Pihak kepolisian juga belum memberikan updat data terkait jumlah pasti suporter yang pingsan dan luka-luka, maupun meninggal dunia.
Sementara berdasarkan tayangan sejumlah televisi, terlihat dua kendaraan milik kepolisian dirusak.
Dua di antaranya terlihat dalam posisi terguling di tepi lapangan. Kendaraan polisi yang sedang melintas pun terlihat ditimpuki massa.
Kerusuhan suporter ini merupakan yang keduakalinya terjadi di Liga 1 2022-2023.
Sebelumnya, Bonek mengamuk, karena Persebaya menelan tiga kekalahan beruntun.
Namun aksi kerusuhan itu tidak separah dibandingkan yang terjadi pada Sabtu malam.
Komite disiplin (Komdis) PSSI telah memberikan sanksi kepada Persebaya berupa lima pertandingan tanpa kehadiran penonton.
Bubarkan liga 1, tidak ada sepakbola seharga nyawa manusia, rip malang turut berduka cita dri kmi Bonek mania #arema #kanjuruhan #persebaya #Bonek pic.twitter.com/hGmqTkypIv — MANG (@efekrumahganja_) October 1, 2022. (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: