Bawaslu Lahat

Temuan Arca di Situs Atar Genting Tinggi Hari Talang Sejemput

Temuan Arca di Situs Atar Genting Tinggi Hari Talang Sejemput

BACA JUGA:Dukung ETLE, Bupati Lahat Cik Ujang Terima Penghargaan Kapolda Sumsel

Media tahun 1985 ibu kandung tercinta bernama Namsubah mengalami sakit keras yaitu sebuah penyakit kulit bersisik terdapat disekujur tubuhnya dengan terasa panas dan gatal yang belangsung selama satu tahun. Ibu Namsubah berobat ke Ibu Mariam di desa Gunung Sugih Kecamatan Sekampung Udik Kabupaten Lampung Timur. Hasil dari pengobatan dengan ibu Mariam bahwa ibu dirujuk agar ziarah ke Cirebon dan makam Sunan Gunung Jati dengan alasan bahwa ada hubungan dengan leluhur pada masa lalu yang perlu di tunaikan dan diselesaikan dengan mengunjungi dan ziarah ke negeri leluhur. Kemudian ibu diantar ayah berobat ke Cirebon dilanjutkan ke makam Sunan Gunung Jati dengan senang hati ayahku mengantar ibu karena harapan sakitnya dapat sembuh dan ternyata setelah berobat tak berlalu lama ibuku sembuh dari sakitnya. (Wawancara: Awaliah dan Lukman 2022/kakak dan ipar tertua penulis)

Kisah yang pertama waktu penulis masih kecil ayahku bercerita bahwa puyang betine kami di Ogan Baturaja hilang tak pernah kembali, puyang betine diambil oleh puyang Abung ketika sedang mandi di sungai saat ini di sebut sungai Ogan yang dulunya sungai Nago lalu dibalik menjadi Ogan di Baturaja Sumatera Selatan. Lalu puyang jantan kami mencari puyang betine dengan menelusuri sungai dan gunung dan lembah.

Akhirnya dari kejauhan puyang jantan melihat ada betine sedang mandi di sungai dengan penuh keyakinan puyang jantan percaya itu istrinya, kemudian dipanggilnya dan ternyata memang benar itu istrinya. Berselang dengan tiba-tiba puyang jantan diserang oleh pengawal puyang betine, mereka bisa terbang dan menghalau puyang jantan, namun puyang jantan bisa merontokkan para pengawal puyang Abung dengan menebaskan semacam sorbannya dan mengakibatkan para pengawal rontok berjatuhan.

Lalu terjadilah dialog dari jarak berjauhan antara puyang jantan dan puyang betine, dengan perasaan galau puyang betine memberi isyarat agar puyang jantan jangan mendekat karena beliau sedang dalam keadaan berbadan dua yaitu mengandung anak dari puyang Abung. Lalu puyang jantan mengatakan dia tidak akan mendekat dan mengganggu puyang betine dengan syarat agar puyang betine melalui pengawal agar puyang jantan ogan dapat bertemu dengan puyang Abung.

BACA JUGA:11 Kades Ditahan Polda Sumsel, Diduga Kasus Lapangan Sepak Bola Mini

Permintaan puyang jantan dikabulkan oleh puyang betine dengan melalui pengawal untuk menemui puyang Abung. Lalu pengawal lapor ke puyang Abung dengan menceritakan perihal kedatangan seorang laki-laki yang sakti. Dengan penjelasan sang pengawal puyang Abung tau siapa yang datang dengan menyuruh pengawal untuk mempersilahkan puyang jantan ogan untuk masuk ke Istana puyang Abung maka puyang jantan Ogan bertemu dengan puyang Abung di istananya.

Pada saat pertemuan terjadi dialog yang sangat panjang dan alot namun pada saat akhir dialog terjadilah saling pengertian karena puyang perempuan sedang mengandung anak dari puyang Abung, dengan berat hati puyang jantan Ogan mengalah dan mengadakan perjanjian, dalam perjanjian tersebut puyang jantan Ogan merelakan puyang betine untuk tetap bersama puyang Abung dengan syarat yaitu:

Agar puyang Abung memberikan sebidang tanah yang hanya bisa di miliki oleh anak cucu puyang Ogan

Disiapkan sebumbungan emas. Jika anak cucu orang Ogan berada di wilayah orang Abung akan selalu dalam keadaan aman sukses dalam berjuang.

BACA JUGA:Wagub Sumbar Terkesan Pembukaan FORNAS VI Sumsel

Setelah perjanjian damai itu puyang jantan pulang dengan tidak membawa kembali puyang betine. (M.Salik, 1990. Cerita ayahanda saya ketika saya masih remaja dan cerita itu selalu diingat oleh penulis hingga saat ini).

Lalu, kisah yang kedua bahwa putri raja yang ke 7 dari Ogan, di ambil oleh puyang Abung. Kisah pengambilan putri Ogan tidak dalam semestinya sehingga menimbulkan kemarahan puyang Ogan terhadap puyang Abung.

Sungai Ogan mengalir seluruhnya di provinsi Sumatera Selatan. Hulunya adalah pegunungan Bukit Barisan dan hilirnya adalah Sungai Musi. Kota Baturaja adalah salah satu kota yang dilalui oleh sungai Ogan. {Yulistia, 2020 #37} Laya selain nama puyang juga nama sungai yaitu sungai Laya adalah bagian anak sungai Ogan, muara sungai Laya adalah sungai Ogan tepat bertemu di Kota Baturaja. Latar belakang sungai Laya adalah satu kesatuan dengan Sungai Ogan. Peradaban awal dan besar sungai Ogan terdapat situs Gua Putri dan Gua Harimau dengan tokoh utama puyang Laya dimana situs tersebut adalah tanah lama dan cikal bakal bangsa Melayu, yaitu Laya-Malaya-Himalaya.

Para keturunan Puyang Laya banyak menyebar terutama di daerah aliran sungai Laya dan Saung Naga Baturaja, Pagar Gunung, serta di Indonesia bahkan sampai Himalaya. Sebelum menempati daerah Baturaja mereka dari daerah uluan yaitu tepatnya didaerah yang bernama Tangga Batu, juga situs gua Putri dan Gua Harimau dan Pagar Gunung Lahat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: