Temuan Arca di Situs Atar Genting Tinggi Hari Talang Sejemput
BACA JUGA:11 Kades Ditahan Polda Sumsel, Diduga Kasus Lapangan Sepak Bola Mini
Sungai Lematang adalah sungai yang terletak di Provinsi Sumatra Selatan, Indonesia. Sungai ini dikenal sebagai salah satu Batanghari Sembilan atau sembilan sungai besar yang mengalir di Sumatera Selatan. Sungai Lematang mengalir melewati lima kota/kabupaten, antara lain Kota Pagar Alam, Kabupaten Lahat, Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir, Kota Prabumulih, dan Kabupaten Muara Enim. Dihulu sungai Lematang terdapat daerah Kecamatan Pagar Gunung. (diakses di Bandar Lampung 2022 Sungai Lematang – Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas).
Gambaran Kecamatan Pagar Gunung bahwa Semua desa yang ada di kelilingi oleh dua sungai, di 20 desa yang ada seluruhnya mempunyai legenda dan peninggalan sejarah terutama legenda batu macan, rumah adat terkuno yang penuh ukiran, putri emban tapis, puyang mandale, nisan kuda naga api, Batu Gong, Batu Putri serta banyaknya gua-gua, yang paling menonjol adalah legenda Putri Dayang Merindu, daerah Genting Tinggi Ari dekat Gua Laya dimana terdapat pemakaman raja-raja termasuk tiang gong yang berukiran Naga, situs persembahyangan Laya dan situs Gua Laya yang disebut Kedaton. Peradaban besar sungai Lematang adalah Kecamatan Pagar Gunung sebagai ibukota Kerajaan Melayu yang kemudian menelurkan peradaban Sri Jaya, Sribuana dan Sriwijaya.
Sungai Ogan dan Sungai Lematang adalah satu kesatuan merupakan perpaduan dua sungai yang ditengahnya terdapat bukit barisan dengan ketinggian 1000 Mdpl, satu satunya jalan pintas untuk menuju dua sungai adalah dengan menaiki bukit barisan tersebut, hilir mudik orang ogan ke pagar gunung dan sebaliknya melalui batu persembahyangan Laya.
Puyang Laya adalah cikal bakal puyangnya bangsa Melayu terkhusus orang Ogan yang disebut juga Suku Ogan, yang dimaksud orang/suku Ogan adalah orang yang menempati kawasan Sungai Ogan yang membentang dari hulu ke hilir di Sumatera Selatan.
BACA JUGA:Wagub Sumbar Terkesan Pembukaan FORNAS VI Sumsel
Terdapat sub suku Ogan antara lain suku Saung Naga dan lainnya. Orang Ogan yang menempati sungai Ogan ada yang pertama datang yaitu keturunan puyang Laya dan ada yang kemudian datang tergantung dari apa yang dapat diceritakan oleh tetua kampung dan juga bukti yang berupa pemukiman kuno yang masih bisa kita temukan berupa situs Gua Putri dan Gua Harimau.
Puyang Laya adalah penguasa tunggal sungai Ogan pada awalnya sebelum kedatangan puyang lainnya. Bukti jejak puyang Laya serta keturunan puyang Laya masih terdapat di Baturaja juga di Kecamatan Pagar Gunung Lahat.
Puyang Laya ini tidak pernah mati sampai hari kiamat, maksudnya jika puyang Laya wafat maka tugasnya akan digantikan oleh keturunan puyang Laya berikutnya hingga saat ini. Prinsip ini sama dengan matahari dimana matahari akan selalu bersinar walaupun tiap hari akan muncul di timur dan terbenam di barat. Jadi trah puyang laya akan tetap lestari hingga kini, beliau pemegang Dewa Pusaka. Ada cerita ketika terjadi peperangan maka puyang Laya pasrah untuk dibunung dari 3 penjuru yaitu atas, tengah dan bawah, saat itu puyang Laya dapat dikalahkan dan mati, namun ketika ketiga lawannya yang membunuh puyang Laya pulang kerumah maka puyang Laya telah ada di depan pintu rumah ketiga lawannya tersebut. (Wawancara dengan Malik, 2022)
Selain kisah puyang Laya terdapat legenda Putri Dayang Merindu yang terdapat di Gua Putri Padang Bindu dipinggir aliran sungai Ogan, bahkan Gua Putri ini adalah diambil dari kisah Putri Dayang Merindu. Kisah Putri Dayang Merindu juga terdapat di Pagar Gunung Lahat. Putri Dayang Merindu adalah berasal dari Jawa Barat (wawancara Hendri, 2022), orang Saung Naga Ogan itu adalah dari Cirebon Jawa Barat, Puyangnya orang Saung Naga Ogan selalu di ganggu oleh Puyang Abung. (wawancara M. Yunus, 2022).Kata Saung Naga berasal dari Kata Saung adalah bahasa Jawa Barat.
BACA JUGA:Menpora Puji Pembukaan FORNAS VI Sumsel
Jadi dari dua sumber mengatakan ada hubungan yang erat orang Saung Naga Ogan adalah keturunan dari Putri Dayang Merindu ketika menempati Gua Putri di Ogan sebelum dibawa ke Pagar Gunung oleh Puyang Abung. Namun legenda Putri Dayang Merindu di kecamatan Pagar Gunung bahwa putri tersebut mati di bunuh oleh saudaranya dengan bukti darahnya menempel ke ilalang yang bagian atasnya berwarna merah.
Wilayah Sumatera Bagian Selatan adalah wilayah puyang Laya, lama-lama terdesak seiring berjalannya waktu hulu aliran sungai Lematang ditempati saudara Puyang Abung yang datang dari Bukit Barisan Sumatera Bagian Utara. Mereka menempati suatu daerah aliran sungai Lematang yang disebut Kuta Abung Lawangan Tinggi yang berdekatan dengan Gua Laya Kedaton di Desa Pagar Gunung.
Kisah legenda yang menarik antara puyang Laya dan Puyang Abung saling menguasai wilayah dan kekuasaan yang terjadi juga persaudaraan, kekeluargaan, perselisihan dan kisah romantisme yang kemudian sampai juga terjadi peperangan dengan didapatinya Archa Batu Raja di wilayah Atar Tinggi Hari Talang Sejemput Pagar Gunung dekat Kute Abung Lawangan Tinggi yang juga berdekatan dengan Gua Laya Kedaton dimana aksara yang bertuliskan di batu hancur lebur berkeping keping sehingga sulit untuk di satukan kembali seperti bekas peperangan besar terjadi.
Archa Batu Raja tersebut sedang memakai gelang dan kalung yang umumnya di pakai oleh raja-raja zaman dahulu masih tergeletak. Sebuah archa Batu yang merupakan gambaran seorang raja yang telah menjadi batu dengan posisi terlentang menghadap ke langit dan tanpa pangkal leher hingga kepala.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: