Pertama, seorang kader bergerak dan terbentuk dalam organisasi, mengenal aturan-aturan main organisasi dan tidak bermain sendiri sesuai dengan selera pribadi.
Dari segi nilai, aturan itu adalah NDP, sedang dari segi operationalisasi organisasi adalah AD/ART HMI, pedoman perkaderan, dan pedoman serta ketentuan organisasi lainnya.
Kedua, seorang kader memiliki komitmen yang terus menerus (permanen), tidak mengenal semangat musiman, tapi utuh dan istiqomah (konsisten) dalam memperjuangkan dan melaksanakan kebenaran.
Ketiga, seorang kader memiliki bobot yang dan kualitas sebagai tulang punggung atau kerangka yang mampu menyangga kesatuan komunitas manusia yang lebih besar.
Jadi fokus penekanan kaderisasi adalah pada aspek kualitas.
Keempat, seorang kader memiliki visi dan perhatian yang serius dalam merespon dinamika sosial lingkungannya dan mampu melakukan social engineering.
Pembentukan kader dan pemimpin yang berkualitas, tentu tidak terlepas dari konsep kepemimpinan yang ada dalam suatu organisasi, dan implementasi konsep yang dimaksud dalam proses perkaderan.
Sebagai sebuah organisasi yang sudah banyak melahirkan pemimpin bangsa dalam berbagai sektor kehidupan.
Tentunya HMI mempunyai konsep kepemimpinan yang di internalisasikan kepada para kader dalam berbagai jenjang perkaderan, mulai dari Basic Training (LKI), Intermediate Training (LKII), maupun Advance Training (LKIII), ataupun berbagai bentuk perkaderan lainnya yang ada di HMI.
Dia menegaskan, Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) adalah organisasi kemahasiswaan Islam yang bersifat Independen.
Independen adalah suatu sifat yang tidak berpihak pada suatu kelompok tertentu. Kecuali hanya kepada kebenaran.
Independen juga merupakan bukti dari kemerdekaan berpikir, bersikap dan bertingkah laku.
Independen terbagi dua yaitu: Independent etis (individu) tak boleh condong atau terjun pada politik selama masih HMI dan Independent organisatoris tak boleh menjadi pejuang salah satu partai politik.
Independensi Etis merupakan sifat ketidakberpihakan individu kepada suatu kelompok tertentu. Sekalipun secara individu, kader HMI harus berpihak kepada sesuatu, maka sesuatu itu adalah keberpihakan kepada kebenaran, obyektifitas, kejujuran dan keadilan.
Secara tidak langsung, dengan melaksanakan independensi etis bagi setiap kader HMI berarti bukti pengaktualisasian dinamika berpikir dan bersikap dan berprilaku baik "hablumminallah" maupun dalam "hablumminannas" yang hanya tunduk dan patuh dengan kebenaran.
Independensi organisatoris, merupakan ketidak berpihakan HMI kepada kelompok tertentu.