Proporsi Depresi Postpartum dan Hubungannya dengan Jenis Persalinan dan Paritas

Proporsi Depresi Postpartum dan Hubungannya dengan Jenis Persalinan dan Paritas

Novy Ratnasari Sinulingga, S.Tr.Keb., M.Keb menulis artikel berjudul Proporsi Depresi Postpartum dan Hubungannya dengan Jenis Persalinan dan Paritas.-foto: lahatpos.co-

Proporsi Depresi Postpartum dan Hubungannya dengan Jenis Persalinan dan Paritas

Oleh Novy Ratnasari Sinulingga, S.Tr.Keb., M.Keb.

Depresi adalah gangguan mental yang sering terjadi dan penyebab utama kesakitan di seluruh dunia. Depresi juga merupakan penyumbang utama beban penyakit global secara menyeluruh (WHO, 2021). 

Depresi pascapersalinan adalah salah satu masalah suasana hati paling parah yang dapat membahayakan wanita pascapersalinan (Kendall-Tackett, 2017). 

World Health Organization menemukan bahwa kejadian depresi pada masa pascapersalinan tiga kali lebih besar daripada masa lainnya dalam kehidupan wanita (Nurbaeti et al., 2019). Prevalensi depresi pascapersalinan di seluruh dunia diperkirakan sekitar 17,22% dan di Indonesia 11,76% (Wang et al., 2021).

Enam bulan pertama pascapersalinan adalah waktu berisiko tinggi untuk terjadinya depresi (O’Hara & Mc Cabe, 2013). Ibu yang mengalami depresi pascapersalinan memiliki konsekuensi negatif bagi diri mereka sendiri dan anak-anaknya hingga tiga tahun. 

Depresi pascapersalinan merugikan ibu, terutama dalam kesehatan psikologis, kualitas hidup, dan interaksi dengan bayi, pasangan, dan kerabat. Kesehatan anak sangat erat hubungannya dengan kesehatan ibunya (Slomian et al., 2019). 

Ibu dengan depresi pascapersalinan dua kali lebih berisiko mengalami depresi empat tahun setelah melahirkan. Ibu juga akan lebih berisiko mengalami penyakit kronis (Abdollahi & Zarghami, 2018). 

Depresi pascapersalinan menyebabkan kualitas hidup ibu lebih rendah pada bulan kedua dan keempat pascapersalinan (Sadat et al., 2014). 

Anak-anak dari ibu yang mengalami depresi berisiko lebih tinggi untuk mengalami berat badan kurang dan terhambat pada tahun pertama kehidupan (Farías-Antúnez et al., 2018). 

Dampak ibu yang mengalami gejala depresi pada empat minggu pascapersalinan berkaitan dengan penghentian durasi menyusui eksklusif dan parsial serta pengenalan susu formula dalam 12 bulan pascapersalinan (Sha et al., 2019).

Depresi pascapersalinan hingga saat ini penyebab terjadinya belum sepenuhnya jelas, namun penelitian terdahulu telah menunjukkan adanya keterkaitan dengan beberapa faktor risiko (Zhao & Zhang, 2020). 

Pengalaman persalinan yang negatif dapat memicu perkembangan gangguan stres pascatrauma (Steegers et al., 2019). 

Beberapa penelitian menunjukkan perbedaan terkait apakah jenis persalinan dapat memengaruhi risiko terjadinya depresi pascapersalinan. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa seksio sesarea dapat menurunkan risiko depresi pascapersalinan (Chaaya et al., 2006). 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: