Peran Media Sosial Dalam Membentuk Opini Publik Pasca Pilkada

Peran Media Sosial Dalam Membentuk Opini Publik Pasca Pilkada

Judul artikel: Peran Media Sosial Dalam Membentuk Opini Publik Pasca Pilkada, oleh Novitry Pratiwi, S.IP., M.KP, Penulis adalah Dosen FISIP Universitas Sriwijaya.-foto: lahatpos.co-

Peran Media Sosial Dalam Membentuk Opini Publik Pasca Pilkada

Lahatpos.co - Media sosial merupakan platform digital yang dapat digunakan sebagai ruang interaksi yang memungkinkan adanya komunikasi dua arah baik antara individu, kelompok, organisasi dan masyarakat secara luas. 

Pasca Pilkada 2024, peran media sosial semakin menjadi sorotan penting dalam membentuk opini publik. Dengan jutaan pengguna aktif yang tersebar di seluruh Indonesia, media sosial saat ini tidak hanya menjadi platform untuk berbagi informasi, namun juga dapat menjadi ruang kompetisi ideologi, politik, dan persepsi. 

Media sosial juga memiliki pengaruh yang sangat besar dalam mengubah cara berpikir seseorang dalam melihat sesuatu. Hal ini menjadikan media sosial menjadi sangat penting dalam situasi politik pasca Pilkada, karena dapat mempengaruhi opini publik dan bagaimana masyarakat merespon kebijakan atau keputusan pemimpin yang terpilih.

Media Sosial Sebagai Saluran Komunikasi Langsung

Salah satu manfaat media sosial adalah kemampuannya untuk memberikan komunikasi dua arah. Pemimpin daerah dan politisi pasca Pilkada sering menggunakan platform seperti Facebook, Instagram, X dan TikTok untuk berinteraksi langsung dengan masyarakat. 

Hal ini memungkinkan pemimpin yang terpilih untuk memberikan berbagai informasi langsung kepada masyarakat melalui media sosial terkait klarifikasi tentang kebijakan, menjawab pertanyaan publik, serta mendengarkan aspirasi atau keluhan dari masyarakat. Namun, karena sifatnya yang sangat terbuka, media sosial juga dapat menjadi tempat di mana kesalahan komunikasi atau kebijakan dapat dengan cepat tersebar dan diperbincangkan, baik itu dalam bentuk pujian maupun kritik tajam.

Memperkuat atau Menumbuhkan Polarisasi Politik

Media sosial, meskipun memberikan kebebasan berekspresi, juga sering kali memperburuk polarisasi politik, terutama pasca Pilkada. 

Setelah Pilkada, masyarakat yang memiliki pandangan politik berbeda cenderung memperkuat posisi mereka dengan terlibat dalam "echo chambers" atau kelompok yang mencari dan menerima sebuah informasi mengenai suatu hal yang sejalan dengan pandangan mereka. Hal ini menyebabkan sulitnya tercipta dialog yang konstruktif antara berbagai pihak, karena masing-masing kelompok hanya mempercayai informasi yang mendukung ideologi mereka. 

Polarisasi ini juga dapat mempengaruhi stabilitas politik daerah, di mana kebijakan atau keputusan pemerintah sering kali mendapat penilaian berdasarkan afiliasi politik, bukan substansi.

Meningkatkan Partisipasi Politik Masyarakat

Salah satu dampak positif penggunaan media sosial pasca Pilkada adalah peningkatan partisipasi politik masyarakat. Saat ini, masyarakat dapat dengan mudah mengikuti perkembangan politik daerah, mengakses informasi tentang kebijakan pemerintah, dan bahkan ikut serta dalam diskusi mengenai isu-isu politik yang penting. 

Selain itu, media sosial juga memberi ruang bagi masyarakat untuk menyuarakan pendapat atau kritik secara bebas dan terbuka. Dengan demikian, media sosial berperan sebagai alat untuk mendorong kesadaran politik, meningkatkan keterlibatan masyarakat dalam proses pemerintahan, serta mempercepat aliran informasi antara pemimpin dan rakyat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: