Menikah Setelah Lebaran, Pasangan akan Menikah Baca ini

Sabtu 15-04-2023,15:15 WIB
Editor : Dian

Pertama, menikahi Saudah binti Zam’ah

Saudah binti Zam’ah adalah sahabat perempuan yang memeluk Islam di awal dakwah Nabi Muhammad Saw. Ia dan suaminya, As-Sakran bin Amr bahkan sempat ikut hijrah ke Habasyah. As-Sakran kemudian wafat saat mereka berada di Habasyah, dalam riwayat lainnya disebutkan setelah mereka kembali ke Makkah. Setelah menjanda, Saudah binti Zam’ah kemudian dinikahi Rasulullah Saw. pada bulan Syawal tahun ke-10 kenabian, tepatnya setelah istri pertama beliau, Khadijah binti Khuwailid menutup usia. 

Saudah merupakan perempuan pertama yang dinikahi Nabi Muhammad Saw. sepeninggalan Khadijah. Ia mulai membina rumah tangga bersama Rasulullah Saw. di Makkah. Saat itu, Aisyah masih berusia enam tahun dan Rasulullah Saw hanya tinggal bersama Saudah. Saat Aisyah menginjak usia sembilan tahun, barulah Nabi Muhammad Saw membina rumah tangga dengan putri Abu Bakar tersebut di Madinah. Saudah wafat di akhir masa pemerintahan Umar bin Khatab, tepatnya pada bulan Syawal 54 H.

Kedua, menikahi Aisyah binti Abu Bakar

Rasulullah Saw. juga menikahi Aisyah pada bulan Syawal, sebagaimana pengakuan putri Ummu Ruman ini dalam hadis terkenal di atas.

Imam An-Nawawi berkata, hadis ini menunjukkan anjuran menikahkan, menikah, dan membangun rumah tangga pada bulan Syawal. Dalam Ar-Rahiq al-Makhtum dituliskan, Rasulullah Saw menikah dengan Aisyah pada tahun ke-11 kenabian, saat Aisyah masih berusia 6 tahun. Meskipun demikian, beliau baru membina rumah tangga dengan saudari Asma ini pada Syawal 1 H, tujuh bulan setelah hijrah, saat Aisyah sudah berusia 9 tahun.

Ketiga, menikahi Ummu Salamah

Nama aslinya adalah Hindun binti Abi Umayyah Al-Makhzumiyah. Dahulu, Ummu Salamah merupakan istri dari Abdullah bin Abdil Asad Al-Makhzumi. Akan tetapi lelaki yang akrab disapa Abu Salamah ini mengembuskan napas terakhir tak lama setelah perang Uhud, tepatnya pada 4 Jumadil Akhir 4 H. 

Ummu Salamah akhirnya menikah dengan Rasulullah Saw. pada akhir Syawal di tahun itu juga. Perempuan dari Bani Makhzum ini dikenal sebagai sahabat yang cerdas dan kritis, juga meriwayatkan hadis-hadis Nabi Muhammad Saw. Ummu Salamah adalah istri Rasulullah yang terakhir wafat, yakni pada tahun 59 H. dengan diberkahi umur panjang, bahkan sampai pada masa pembunuhan Husein bin Ali, cucu Rasulullah Saw.

Dengan memperhatikan fakta sejarah tersebut, maka apabila ada sebagian orang yang menghindari bulan-bulan tertentu untuk menikah karena menilainya sebagai bulan sial, maka sejatinya fenomena yang sama juga pernah terjadi pada zaman jahiliyah. Orang-orang jahiliyah meyakini bahwa bulan Syawal adalah pantangan untuk menikah. Nabi Muhammad Saw. menampik keyakinan tersebut. Sebagai bentuk penolakan beliau justru menikahi Sayyidah Aisyah pada bulan Syawal.

Abu Zakariya Yahya bin Syaraf atau lebih dikenal Imam Nawawi dalam al-Minhaj fi Syarhi Shahih Muslim menjelaskan, Sayyidah Aisyah mengatakan itu untuk menepis keyakinan yang berkembang di masyarakat jahiliyah dan sikap mengada-ada di kalangan awam bahwa makruh menikah, menikahkan, atau berhubungan suami-istri di bulan Syawal. 

Kata Imam Nawawi pula bahwa hadis tersebut mengandung anjuran untuk menikahkah, menikahi, dan berhubungan suami-istri pada bulan Syawal. Para ulama Syafi’iyah menjadikan hadits ini sebagai dalil terkait anjuran tersebut.” Penjelasan ini setidaknya memuat dua pesan. Pertama, anggapan bulan Syawal atau bulan lainnya sebagai bulan sial tidak mendapat legitimasi dari ajaran Islam. Kedua, para ulama, khususnya dari kalangan madzhab Syafi’i, menganggap sunnah menikah, menikahkan, atau berhubungan intim yang halal pada bulan Syawal. (*)

 

Kategori :