Hadiri Tasyakuran Hari Bhayangkara ke 76, Bupati Lahat bersama Forkopimda Lahat Menari Maumere

Hadiri Tasyakuran Hari Bhayangkara ke 76, Bupati Lahat bersama Forkopimda Lahat Menari Maumere

LAHATPOS.CO, LahatTari Maumere membawa Bupati Lahat Cik Ujang SH bersama Forkopimda menari bersama. Bupati Lahat, Kejari Lahat, Ketua DPRD Lahat, dan Kapolres Lahat. Serta, ibu ibu Bhayangkari, Persit, ikut menari bersama sama. Pada saat acara tasyakuran hari Bhayangkara ke 76 tahun 2022 di Gedung Kesenian Lahat, Selasa (05/07/2022).

Tidak hanya itu, tamu udangan yang lainnya, yang mendengarkan irama music Maumere, pun ikut bergoyang. Ada yang menggoyangkan kaki, gelengkan kepala, dan mainkan jari, bahkan badan. 

Kapolres Lahat AKPB Eko Sumaryanto SIK dalam sambutannya, mengucapkan terima kasih kepada tamu undangan yang telah hadir di acara tasyakuran Hari Bhayangkara ke 76 tahun 2022 hari ini. Puncak ulang tahun Bhayangkara semestinya dilaksanakan tanggal 1 Juli, namun karena rangkaiannya banyak, dari mabes Polri, sampai ke daerah. Dan, jajaran Polres di kabupaten/kota melaksanakannya pada hari ini. Termasuk Polres Lahat.

Acara semakin meriah karena adanya penampilan dari Pocil polisi cilik, bersama PKS dan Pramuka. Tampil atraksi karate, pemasangan kaki palsu, video kreativitas Kapolres Lahat, maupun tarian maumere.

BACA JUGA:Tasyakuran Hari Bhayangkara ke 76 Tahun 2022 Polres Lahat Meriah

BACA JUGA:Kadis Kominfo Lahat : Facebook “Chik Ujang Ujang” Bukan Akun Bupati Lahat, Hoax

Sejarah Tari Maumere

Tari Maumere atau Gemu Fa Mire merupakan tarian kreasi baru yang sejenis dengan Poco-poco, bisa dibawakan sebagai tarian atau juga olah tubuh (senam). Tarian ini berasal dari daerah Maumere, Sikka, Nusa Tenggara Timur (NTT). 

Kemunculannya digawangi oleh Frans Cornelis Dian Bunda atau Nyong Franco, seniman asal Ende, Flores, sebagai pencipta lagu Gemu Fa Mire. 

Lagu ini diciptakan tahun 2011 di kawasan hutan di pinggiran kota Maumere, saat ia tengah menyutradarai pembuatan album lagu-lagu. 

Dalam mengaransemen lagu ini Franco memasukkan unsur “gong waning”, salah satu alat musik tradisional berupa gendang khas Maumere. Saat menulis lagu, yang ada di benak Franco adalah orang akan langsung bergerak-gerak ke kiri dan ke kanan begitu musik dimainkan, menari dengan heboh, sebagaimana kebiasaan orang Indonesia Timur jika sedang pesta. 

BACA JUGA:Siaran Omni

BACA JUGA:Raperda Pertanggung Jawaban Pelaksanaan APBD TA 2021 Disepakati, Bukti Nyata Sinerginya Eksekutif dan Legislat

Ia berharap kenangan akan lagu dan tarian yang berkisah tentang kota Maumere ini akan terbawa pulang oleh siapapun yang mendengarnya. Kebetulan lagu ini dibuat untuk mengiringi tarian penyambutan sebagai ucapan selamat datang bagi para tamu yang berkunjung ke Maumere (NTT). 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: