Protokol Puting

Protokol Puting

Johannes Kitono

Selamat untuk Mendag Zulhas yang hoki 2 kali. Pertama terpilih jadi Mendag, kedua saat diangkat harga global CPO turun yang tentu berdampak terhadap harga minyak goreng domestik juga. Siapapun Presiden dan Menterinya kalau bikin keputusan jangan melihat dari satu sisi saja. Harus secara holistik. Saat mass media ramai ramai ekspose ibu ibu antri minyak goreng, Presiden dengan Sapujagat langsung stop ekspor CPO dan turunannya. Padahal saat itu harga global CPO sedang tinggi. Tinggal para petani sawit yang harus gigit jari. Harga sawit langsung turun seperti pelosotan sampai detik ini, biarpun ekspor sdh dibuka kembali. Ketika harga sawit diatas Rp.3.000,-/kg yang juga diikuti naiknya harga pupuk. Hari Senin ini ( 27/6) harga sawit per kg yang diterima PT ASP di Kab Sanggau sbb : - Buah besar Rp.1 260,- Buah kecil Rp.1.160,- dan Brondolan Rp.1.800,- sedangkan di Kab Sambas harganya rerata Rp.1.200,- dengan pemotongan berat 3,5 - 4 %. Dan harga pupuk yang sudah tinggi masih tetap tinggi. Tidak turun lagi seperti harga sawit. Untuk masalah harga ini ternyata Presiden maupun Menteri tidak berdaya melawan hukum besi. Hukum permintaan dan penawaran yang berlaku universal. Now,pemerintah harus antisipasi. Turunnya harga TBS dan naiknya Pupuk bisa membangkrutkan petani dan pengusahanya.Kalau itu terjadi bisa bisa suatu saat Indonesia harus impor minyak goreng dari Malaysia. Amit amit, semoga itu tidak terjadi !!!

 

Yea A-ina

Rasanya agak sulit dibayangkan, menghadapi mekanisme pasar cpo dunia, dengan kebijakan model semi autopilot. Data tahun 2022, industri sawit kita memenuhi pasar lokal dan eksport sejumlah 52,65 juta ton. Tahukah anda, kebutuhan konsumsi DN hanya 8,,95 juta ton, setara 16,9% saja dari total. Itupun selisih tidak seberapa dibandingkan kebutuhan 

 

*) Diambil dari komentar pembaca http: disway.id

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: