Protokol Puting

Protokol Puting

Komentar Pilihan Disway*

Edisi 27 Juni 2022: Jalan Zulhas

 

rid kc

Ternyata nama zulhas direstui alam. Sebentar lagi dikutuk sama petani sawit. Nama zulhas tidak direstui bangsa manusia hahaha

 

Ali Abdurrahman

Harga sawit kemitraan dari dinas hanya berlaku untuk 'kebun plasma' yang dikerjasamakan dan dikelola oleh perusahaan inti, harga sawit masyarakat (petani) selalu dibawah harga dari dinas (selisih 500-1000rupiah) 

 

edi hartono

Pak DI, tolong disampaikan ke pak menteri. Harga sawit di tulang bawang lampung ada yg cuma 500/kg. Sangat mungkin juga dialami petani di daerah2 yg lain. Ceritanya minggu kemarin ada kerabat dari lampung datang untuk acara wisuda anaknya di iain sunan kalijaga. Dalam perbincangan di teras rumah, di bawah pohon mangga, dia mengeluh harga sawit jatuh, dari 3000 an/kg menjadi 500an / kg. Jatuhnya begitu dalam. Sampailah kejadian untuk kali pertama, di mana buah sawit berubah menjadi buah simalakama. Dipanen malah rugi, karena biaya panen lebih besar dibanding harga jualnya. Tidak dipanen juga rugi, karena sawit tua yg tdk dipanen akan merusak batang pohonnya. Ketika beliau pulang, saya agak kecewa, karena saya tdk sempat menanyakan tata niaga nya. Apakah dia jual lewat koperasi atau tengku-lak atau yg lain. Namun, menteri apa yg pas untuk menerima curhatan hati para petani ini? Yg bikin harga minyak turun, ada menteri perdagangan. Yg bisa bikin harga sawit naik, menteri apa ya? Tidak tahu! Pantas saja selama ini petani selalu jadi pihak yg kalah. Ketika panen, harga malah jatuh. Tidak ada menteri yg secara jelas memikirkan harga hasil panen petani. Mungkinkah hkti bisa menjembatani? Menurut saya tidak juga. Karena selama ini hkti hanya terdengar namanya. Terdengarnya bukan saat petani membutuhkan advokasi. Namun, ketika masa kampanye tiba, wkwkwk

 

doni wj

Ketika terjadi larangan ekspor, petani sawit teriak. Teriaknya 2,7 juta orang yang berpenghasilan minimal ratusan juta hingga triliunan per tahun. Juga teriaknya industri yang menyumbang ratusan triliun per tahun. Sebelumnya, ketika "diharapkan bersikap dewasa", tahu hak dan kewajiban, berhak ekspor tapi pura-pura lupa kewajiban DMO, ratusan juta pengelola keuangan rumah tangga yang teriak karena harga migor yang Nauzubillah. Teriaknya orang-orang berpenghasilan kurang dari 50 juta setahun. Kalau melihat kenyataan pasar, dari zaman kuda belajar catur juga yang lebih berkuasa adalah yang punya modal. Entah di tingkat yang kulakan, ataupun tingkatan pengekspor. Secara mendasar kondisi ini berlangsung di semua komoditi. Memang, pemangku kebijakan yang berhadapan dengan 2 kepentingan itu bagaikan tidur berselimut sarung. Ditarik ke atas kaki yang dingin. Dilorot ke bawah, badan yang dingin. Keset mah sudah di luar yang dua itu.. wkwkwkwkwk

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: