Oleh karena itu, kampanye yang dilakukan harus fokus pada program-program yang membangun, bukan pada narasi-narasi yang membelah masyarakat berdasarkan identitas etnis.
Para kandidat harus mampu merangkul keberagaman yang ada di Kabupaten Lahat dan menghindari retorika yang bisa memicu ketegangan etnis.
Pasangan nomor urut 1 Yulius Maulana dan Budiarto Marsul, sebagai pasangan calon ketiga, juga memiliki peran penting dalam menjaga kedamaian Pilkada ini. Mereka harus bisa menjadi agen perdamaian di tengah masyarakat, mengedepankan narasi kebersamaan dan gotong royong.
Sebagai pemimpin, mereka harus mampu menunjukkan bahwa mereka tidak hanya mampu memimpin dengan program-program yang baik, tetapi juga dengan sikap yang inklusif dan menghargai keberagaman.
Pasangan nomor urut 2 Bursah Zarnubi dan Widia Ningsih, yang juga maju dalam kontestasi ini, membawa semangat perubahan dengan tagline “Menata Kota, Membangun Desa”. Mereka juga harus sadar bahwa keberhasilan pembangunan tidak hanya diukur dari hasil fisik, tetapi juga dari bagaimana masyarakat dapat hidup rukun dan damai.
Dalam kampanyenya, pasangan ini harus mampu menyampaikan pesan-pesan yang inklusif, merangkul semua golongan tanpa membeda-bedakan suku atau asal-usul.
Pasangan nomor urut 3 Lidyawati dan Haryanto, sebagai salah satu pasangan calon, membawa visi melanjutkan program-program yang telah dibangun oleh Cik Ujang-Haryanto selama periode sebelumnya. Mereka memiliki tanggung jawab moral untuk memastikan bahwa masyarakat Lahat tetap harmonis selama proses Pilkada ini.
Kepemimpinan mereka diharapkan mampu menjadi teladan dalam menciptakan suasana kondusif, di mana semua warga, terlepas dari latar belakang etnisnya, merasa aman dan dilibatkan dalam proses demokrasi.
Pada akhirnya, Pilkada bukan hanya soal siapa yang menang atau kalah. Pilkada adalah ujian bagi kematangan demokrasi kita. Kabupaten Lahat, dengan segala keberagaman yang dimilikinya, harus bisa menjadi contoh bagaimana demokrasi bisa dijalankan dengan damai dan penuh kehormatan.
Setiap pihak yang terlibat, mulai dari kandidat, tim sukses, hingga masyarakat umum, memiliki tanggung jawab yang sama untuk menjaga kedamaian ini.
Menghindari etnosentrisme dalam Pilkada adalah langkah awal yang sangat penting. Paham etnosentrisme bukan hanya merusak tatanan sosial, tetapi juga menghambat proses demokrasi yang sehat.
Demokrasi yang sehat adalah demokrasi yang didasarkan pada perdebatan gagasan dan program, bukan pada perbedaan identitas. Jika kita mampu menghindari paham etnosentrisme, maka kita akan mampu menciptakan Pilkada yang damai dan berkualitas.
Masyarakat Lahat harus diajak untuk berpikir lebih rasional dan kritis dalam menentukan pilihan. Mereka harus diajak untuk melihat visi, misi, dan program kerja yang ditawarkan oleh masing-masing pasangan calon.
Pilihan politik tidak boleh didasarkan pada sentimen etnis, tetapi pada pertimbangan yang rasional demi kemajuan daerah. Masyarakat juga harus dilibatkan secara aktif dalam pengawasan jalannya Pilkada, sehingga setiap potensi konflik bisa diantisipasi sejak dini.
Peran media juga sangat penting dalam hal ini. Media harus mampu menjadi penyeimbang informasi dan tidak terjebak dalam pemberitaan yang bersifat provokatif atau memecah belah.
Media harus bisa memberikan informasi yang edukatif dan mencerahkan, membantu masyarakat untuk memahami isu-isu yang sebenarnya dan tidak terjebak dalam narasi-narasi yang menyesatkan.