1. Bukit Serelo
Bukit Serelo berada di Kecamatan Merapi Selatan, tepatnya berada di Desa Perangai. Selain dikenal sebagai Bukit Serelo, lokasi ini dikenal pula sebagai Gunung Jempol dan Bukit Tunjuk. Penyebutan Bukit Tunjuk dikarenakan bentuk dari puncak bukit menyerupai telunjuk yang mengarah ke langit.
Masyarakat percaya bahwa kehadiran bukit ini sebagai pengingat bahwa masih ada Tuhan di atas manusia, sehingga manusia harus tetap rendah hati. Bukit ini merupakan bagian dari Bukit Barisan yang dikelilingi oleh Sungai Lematang.
Bukit Serelo ini memiliki tinggi kurang lebih 900 meter di atas permukaan laut dan dapat dilihat dari Kabupaten Muara Enim. Pesona pemandangan bukit yang memikat hati, membuat bukit ini terkadang dijadikan tempat kemah. Puncak bukit dapat dicapai dengan memanjat tebing curam.
3. Rumah Adat Khas Lahat
Rumah adat Lahat disebut sebagai rumah Baghi (lama) yang memiliki konstruksi bangunan berupa rumah panggung. Atap Rumah Baghi terbuat dari piabung atau glumpai yang bentuknya mirip dengan Rumah Minang. Rumah Baghi terbuat dari kayu Medang Derian atau Cemare yang dapat bertahan hingga ratusan tahun, tetapi ada pula yang menggunakan bambu.
Menurut adat Lahat, ketika membuat Rumah Baghi, harus dihitung terlebih dahulu jumlah anak tangga dengan hitungan kata ‘tangga, tunggu, tinggak’. Masyarakat percaya dengan hitungan kata ini akan berpengaruh kepada penghuni rumah ketika rumah sudah dibangun. Hitungan anak tangga ini, dimulai dari lantai dasar rumah atau atas tangga sampai ke tanah.
Di depan rumah terdapat ukiran menggunakan ghubang yang merupakan sejenis pisau arit dengan bagian mata pisau berada di luar, bukan di dalam. Bentuk ukiran memiliki karakteristik muncak rebung dan pakis layu atau srikaye.
4. Gereja Tertua
Di Kabupaten Lahat berdiri gereja tertua di Provinsi Sumatera Selatan, yaitu Gereja Santo Mikael. Gereja ini terletak di Desa Pajar Bulan, Kecamatan Tanjung Sakti Pumi. Gereja dibangun oleh Pastor Jan Van Kamper SCJ pada 1898 yang berarti sudah berusia 123 tahun.
Hingga kini, kondisi bangunan tidak mengalami perubahan. Kualitas kayu bangunan menggunakan kualitas kayu terbaik, yang dikenal oleh masyarakat setempat sebagai kayu tenam, cemaro, atau lagan. Pada zaman penjajahan Jepang, gereja ini berhenti berfungsi karena digunakan sebagai gudang.
5. Tari Erai-Erai