Tanjung Raman Peradaban Yang Baru Terungkap By Mario Andramartik

Tanjung Raman Peradaban Yang Baru Terungkap By Mario Andramartik.-foto: lahatpos.co-
Dari bentuknya batu seperti ini dapat disebut sebagai domen. Sekitar 7 m dari batu kedua kami mengamati sebuah batu yang kami identifikasi sebagai batu datar, kemudian dengan jarak 10 m berdiri sebuah batu dengan tinggi 90 cm yang kami identifikasi sebagai menhir (batu tegak).
Selanjutnya kami menuju susunan 4 batu yang membentuk formasi empat persegi panjang yang kami identifikasi sebagai tetralith. Kami bertiga terus berjalan menghampiri satu per satu bebatuan yang berada di persawahan milik Kholis. Tak kurang ada 8 bentuk batu yang kami datangi dan dapat kami indentifikasi sebagai batu datar, dolmen, menhir, trilith dan tetralith. Dan sekian waktu kemudian Yudianto bersama Simat datang menghampiri kami. Simat yang sehari-hari selain menjadi petani juga seorang guru di SDN 12 Kota Agung dan pernah bertemu kami di suatu kegiatan pelatihan di Kota Lahat.
Kami dengan didampingi Yudianto dan Simat terus melihat beberapa batu di tanah Hardiono yang digarap oleh Yudianto. Di area ini terdapat beberapa batu dan dapat kami identifikasi sebagai batu datar, dolmen dan tetralith.
Salah satu dolmen dengan panjang 123 cm dan lebar 120 cm sepertinya sudah digeser dari posisi awal, terlihat 3 batu penyanggah di sebelah batu datar.
Selama ini masyarakat menyebut batu datar dengan batu penyanggah dibawahnya sebagai Batu Betiang sedang batuan lainnya mereka anggap sebagai batu biasa. “Batu itu kami sebut Batu Betiang” ujar Yudianto sambil menujuk ke arah batu yang dimaksud.
Dari pengamatan kami selama berada di persawahan yang berada di ketinggian sekitar 850 mdpl yang berhawa sejuk dengan pemandangan indah pegunungan Bukit Barisan, kami dapat simpulkan bahwa bongkahan bebatuan di persawahan Ataran Lembak Dusun Desa Tanjung Raman Kecamatan Kota Agung merupakan satu Situs Megalitik di kawasan Megalitik Pasemah dan menjadi situsmegalitik ke-71 yang berada di Kabupaten Lahat. Hal ini semakin mengukuhkan Kabupaten Lahat sebagai pemilik situs megalitik terbanyak se Indonesia yang mendapat julukan sebagai ”Lahat Negeri Seribu Megalitik”.
Dari persawahan Ataran Lembak Dusun kami diajak oleh Yudianto dan Simat untuk melihat Batu Tapak Rusa yang berada di kebun kopi yang berjarak sekitar 500 m dari Situs Batu Betiang.
Setelah tiba di lokasi Batu Tapak Rusa terlihat beberapa bongkahan batu dengan ukuran besar lebih dari 2 m persegi.
Dari sekian banyak batu ada sebuah batu dengan diameter sekitar 3 m dan mempunyai permukaan agak datar. Di bagian atas batu ini ada beberapa lubang yang disebut sebagai tapak rusa, anjing, manusia dan tombak. Walaupun ada beberapa tapak tetapi masyarkat menyebutnya dengan nama Batu Tapak Rusa. Konon masa lalu masyarakat Tanjung Raman suka berburu rusa dan terkenal sebagai masyarakat yang suka berburu.
Sebelum melakukan perburuan maka dilakukan suatu ritual dengan melafaskan doa-doa dan permintaan juga meletakkan sesaji berupa makanan dan minuman yang diletakkan diatas batu datar, kemudian dilanjutkan berburu rusa. Dan biasanya setelah melakukan ritual di atas batu datar ini maka perburuan rusa akan mendapatkan hasil banyak rusa. Sehingga batu datar tempat melakukan ritual disebut dengan Batu Tapak Rusa.
Selain potensi ghumah baghi, tengkiang, situs megalitik dan tradisi lisan di Desa Tanjung Raman juga dilakukan ritual sedekah yang disebut Muji Benih. Ritual ini dilakukan setiap 10 tahun sekali sebagai tanda bersyukur atas hasil panen padi yang melimpah. Ritual ditandai dengan memotong seekor kerbau yang dilakukan tidak hanya oleh masyarakat Tanjung Raman saja tetapi bersama desa tetangga yaitu Desa Kebun Jati dan Bintuhan. Ritual Muji Benih dilakukan pada tahun 2023 dan dipusatkan di Desa Kebun Jati.
Tak terasa kami telah sekian waktu berada di Desa Tanjung Raman dan membawa banyak cerita terkait peradaban yang berkembang dari masa prasejarah berupa peninggalan megalitik, rumah-rumah tradisional nan megah dan berdiri kokoh hingga kini berupa ghumah baghi hingga kehidupan masa kini dengan mayoritas penduduknya sebagai petani sawah dan kopi. Dengan lokasi yang berada jauh dari ibukota kecamatan dan jauh dari jalan utama sehingga suasana Desa Tanjung Raman terasa damai dan nyaman jauh dari hiruk pikuk kendaraan, air perbukitan nan bersih yang selalu mengalir tanpa henti juga udara nan bersih dan sejuk di ketinggian 850 mdpl. Semoga suasana seperti ini tetap dipertahankan sebagai sebuah desa nan indah, nyaman, sejuk dan beradab sepanjang masa.*
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: