Tanjung Raman Peradaban Yang Baru Terungkap By Mario Andramartik

Tanjung Raman Peradaban Yang Baru Terungkap By Mario Andramartik.-foto: lahatpos.co-
Lahatpos.co - Tanjung Raman Peradaban Yang Baru Terungkap By Mario Andramartik.
“Kami dek keruan sejarah batu-batu ini” (Kami tidak tau sejarah batu-batu ini) demikian jawab Yudianto ketika kami bertanya tentang bebatuan yang berada di persawahan desanya.
Begitulah yang kami temukan ketika kami akan melihat beberapa bongkahan batu yang berada di persawahan Desa Tanjung Raman Kecamatan Kota Agung Kabupaten Lahat, jangan keliru dengan Tanjung Raman yang ada di Kabupaten Muara Enim.
Desa Tanjung Raman yang mempunyai jumlah penduduk 235 jiwa (data 2022) dengan luas desa 7,92 km atau 4,78 % dari luas Kecamatan Kota Agung merupakan salah satu desa dari 22 desa di Kecamatan Kota Agung yang bertetangga dengan Desa Kebun Jati dan Bintuhan.
Sebelum terbentuknya Kecamatan Kota Agung, desa-desa di wilayah ini disebut dengan dusun yang terhimpun dalam satu wilayah marga yang bernama Marga Kebun Jati.
Kemudian berdasarkan UU Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa wilayah marga menjadi kecamatan dan Marga Kebun Jati menjadi Kecamatan Kota Agung.
Untuk menuju Desa Tanjung Raman dari Kota Lahat ke arah barat atau ke arah Kota Pagar Alam. Setelah perjalanan selama 32 km belok ke arah kiri di Simpang Asam dimana terdapat monumen patung Letjen Harun Sohar. Terus menyusuri jalan aspal ini hingga tiba di Desa Sukarame, tepat setelah masjid belok ke arah kanan dan ikuti jalan ini yang ukurannya lebih kecil dari jalan sebelumnya.
Setelah 20 menit perjalanan sebelum masuk Desa Kebun Jati belok ke arah kiri ke arah Desa Tanjung Raman. Sebelum masuk desa terlihat tanda Selamat Datang di Desa Tanjung Raman.
Total perjalanan dari Kota Lahat menuju Desa Tanjung Raman sekitar 1 jam 20 menit atau 52 km sedangkan jarak dari ibukota Kecamatan Kota Agung sekitar 12 km.
Setiba di Desa Tanjung Raman kami Tim Panoramic of Lahat yang terdiri dari Mario Andramartik, Herlianto Sapsidi dan Fabio Renato langsung menemui Yudianto warga Tanjung Raman yang menggarap sawah dimana terdapat bebatuan yang akan kami lihat.
Karena sedang ada suatu hajatan Yudianto belum bisa langsung menemani kami, akhirnya kami bertiga langsung menuju persawahan yang tak jauh dari pemukiman warga. Ketika tiba di persawahan yang disebut sebagai Ataran Lembak Dusun terlihat indah mempesona dengan hamparan persawahan dan beberapa pondok tetapi yang paling menjadi perhatian kami adalah sebuah pondok dengan kontruksi yang paling kokoh dan ternyata pondok ini adalah sebuah tengkiang yang merupakan sebuah pondok untuk menyimpan padi yang sudah dipanen.
Satu hal yang sangat menarik dari kontruksi tengkiang selain bentuknya yang unik seperti ghumah baghi juga tengkiang didesign tidak dapat dimasuki oleh hama seperti tikus. Jadi padi yang disimpan di tengkiang akan aman dari hama tikus dan sejenisnya. Pada awalnya di persawahan dan desa Tanjung Raman banyak dibangun tengkiang sebagai pondok untuk menyimpang pagi. Tidak kurang dari 10 tengkiang ada di desa ini tetapi saat ini hanya tertinggal satu unit tengkiang milik Bastari (Kades Tanjung Raman) yang berada di persawahan Ataran Lembak Dusun.
Selain tinggalan budaya pondok tengkiang di Desa Tanjung Raman juga masih dijumpai rumah tradisional masyarakat Pasemah yaitu Ghumah Baghi. Pada awalnya tak kurang dari 5 ghumah baghi ada di desa ini tetapi saat ini hanya tertinggal 2 ghumah baghi saja, satu ghumah baghi ghilapan dan satu ghumah baghi tatahan. Kedua ghumah baghi tersebut masih berdiri kokoh tetapi sudah ada penambahan namum masih terlihat jelas bentuk dan motif ghumah baghi.
Setelah menelusuri pematang sawah di persawahan Ataran Lembak Dusun, kami bertiga langsung menuju sebongkah batu datar dan setelah kami amati batu datar ini mempunyai batu penyanggah. Batu dengan panjang 275 cm, lebar 185 cm dan tinggi 50 cm hanya terlihat satu batu penyanggah di bagian barat sedang bagian lainya tidak terlihat karena digenangi air. Lalu kami berjalan ke batu berikutnya, batu datar kedua ini mempunyai panjang sekitar 300 cm, lebar 220 cm dan mempunyai 4 batu penyanggah dibawahnya, ke-empat batu penyanggah terlihat jelas seperti tiang-tiang penyanggah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: