Lahat Megah di Balik Jeritan Hati Rakyat Pedesaan

Lahat Megah di Balik Jeritan Hati Rakyat Pedesaan

Lahat Megah di Balik Jeritan Hati Rakyat Pedesaan.-Foto: dok/lahatpos.co-

Kendati demikian, untuk pembangunan trotoar di Jalan Protokol Mayor Ruslan, tepatnya di seputar pasar lama dan pasar baru tak luput dari kritikan pengendara dan keluhan penduduk setempat. Karena selain ruas jalan dua arah yang sebelum dibatasi oleh taman bunga pembelah jalur, kini menjadi satu arah. Inipun bagus, karena akan memperluas ruas jalur lintasan.

Namun, setelah jalur tersebut meluas usai dibongkarnya taman bunga mebatas jalur, muncul ide kebijakan untuk membuat trotoar yang juga mesti menghancurkan trotoar lama. Akibat pembuatan trotoar tersebut, penduduk setempat nyaris tak bisa menaruh kendaraannya ke dalam rumah karena terhalang tingginya trotoar yang dibangun. Padalah, anggaran untuk perubahan wujud dan ara jalur tersebut juga sangat fantastis.

Sebagai penulis sekaligus warga Negara Indonesia yang mempunyai hak untuk berekpresi mengeksplorasikan sudt pandang, saya mencoba mengemukakan pendapat melalui tulisan ini dengan tidak dilandasi tendensius dan tidak berniat memojokkan atau menyalahkan pihak manapun.

Menurut saya apa yang telah dilakukan oleh rezim Pemerintah Kabupaten Lahat era 2018-2024 itu sudah cukup baik, karena memang sudah tugas Pemerintah untuk memperbaiki hingga membangun Lahat secara fisik maupun prestasi di bidang olahraga. Hanya saja, ada beberapa kebijakan yang kurang tepat peruntukannya.

Pertama, dengan adanya sejumlah bangunan baru dan perbaikan sarana olahraga, maka menjadikan pelaksanaan Porprov 2023 mendapatkan predikat terbaik se-sumsel. Kedua, pembuatan patung atau tugu Si-Pahit Lidah juga membuat wajah baru pemandangan masyarakat dalam kota, hingga masyarakat dapat Lahat mengilustrasikan raut muka tokoh legenda tersebut. Ketiga, perbaikan jalan Kota Lahat, itu juga sangat bermanfaat bagi penduduk kota. Karena dengan adanya perbaikan jalan, maka memudahkan akses hilir-mudik kendaraan penduduk.

Jika boleh saya berpendapat, di balik semua kemegahan bangunan dan perbaikan gedung sarana olahraga, keberhasilan raihan prestasi atlet dalam Porprov 2023, kokohnya tugu atau monumen Si-Pahit Lidah serta mulusnya jalan dalam kota yang menyerap sebagian APBD Lahat di masanya, itu semua akan terasa sia-sia jika di balik itu masih banyak rakyat yang tinggal di desa-desa dan pelosok pedalaman, menjerit karena hancurnya jalan yang menjadi akses vital bagi mereka untuk beraktifitas mencari rezeki.

Faktanya, hampir setiap hari di musim penghujan seperti sekarang ini, masyarakat yang ada di pelosok desa dan eks transmigrasi terutama di sekitar Satuan Pemukiman (SP) Palm Baja, Kecamatan Gumay Talang mengunggah jeritan hati mereka karena tidak bisa menembus jalur keluar dan masuk kota. Kondisi ini membuat penduduk di pedalaman merasa terisolir, meskipun mereka dekat dengan pusat kota, namun mereka tak bisa melalui parahnya konsisi jalan akibat lumpur.

Dari uraian prestasi serta keberhasilan Pemerintah Kabupaten Lahat 2018-2023 dan juga jeritan hati rakyat pedalaman pelosok desa tersebut, maka ada sesuatu yang keliru dalm kebijakan roda pemerintahan. Karena menurut saya, Pemerintah Lahat masa itu lebih mementingkan prestasi dan eksistensi dari pada memperbaiki jalan yang menjadi urat nadi roda perekonomian masyarakat.

Jika sebagian kecil saja dari anggaran puluhan miliyar yang dipakai untuk pelaksanaan Porprov 2023, pembuatan tugu Si-Pahit Lidah atau biaya pembangunan jalan dalam kota itu disisihkan untuk memperbaiki semua jalan di pelosok desa dan pedalaman trasnsmigrasi, maka semua keberhasilan Pemerintah Lahat kala itu menjadi lengkap. Namun sayangnya, di balik kemegahan patung Si-Pahit Lidah, ada jeritan rakyat yang menggema.

Jadi, sebaiknya siapapun nanti yang menjadi Pemimpin (Bupati) yang terpilih pada pelaksaan Pilkada Lahat 2024 - 2029 mendatang, hendaknya bisa merubah pola berfikir sebelum memutuskan sebuah kebijakan. Pentingkan dulu program yang pro-rakyat supaya rakyat dapat menjalankan roda ekonomi dan tidak kelaparan karena sulitnya mengeluarkan hasil tani, bukan mementingkan kemegahan dan prestasi demi popularitas. Tujuannya, agar tercapai pembangunan secara fisik dan jiwa masyarakat secara merata.

Demikian sudut pandang ini saya kemukakan melaui tulisan, dengan tidak mendiskreditkan pihak manapun. Tidak menyalahkan siapapun, tidak bermaksud menjatuhkan seseorang. Tidak ditunggangi politik dan tidak tersimpan kepentingan pribadi. Tujuannya, hanyalah untuk perbaikan dan kebaikan semata.

Sebaliknya apabila pembaca sekalian berpendapat lain, itu merupakan hal yang lumrah dan sah menurut hak sebagai warga Negara Indonesia. Tentunya juga bermaksud untuk perbaikan perbaikan Kabupaten dan Masyarakat Lahat semata.

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh... Lahat 1 April 2024.*

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: