Bawaslu Lahat

Menikah Setelah Lebaran, Pasangan akan Menikah Baca ini

Menikah Setelah Lebaran, Pasangan akan Menikah Baca ini

Cincin kawin untuk menikah.--

Halal dan baik untuk langkah awal membangun keluarga. 

Oleh karena itu kalau masih ada yang menganggapnya kurang baik menikah di bulan tersebut, maka sungguh persepsi yang tidak berdasarkan ketentuan al-Qur`an dan hadis serta hanya rekaan (perkiraan) saja.

Berdasarkan hadis Nabi Saw. membuktikan bahwa sejatinya tak ada hari dan bulan sial, semua waktu adalah baik. 

Sejarah mencatat bahkan Nabi Saw menikahi tiga istrinya di bulan Syawal, yakni;

Pertama, menikahi Saudah binti Zam’ah

Saudah binti Zam’ah adalah sahabat perempuan yang memeluk Islam di awal dakwah Nabi Muhammad Saw. Ia dan suaminya, As-Sakran bin Amr bahkan sempat ikut hijrah ke Habasyah. As-Sakran kemudian wafat saat mereka berada di Habasyah, dalam riwayat lainnya disebutkan setelah mereka kembali ke Makkah. Setelah menjanda, Saudah binti Zam’ah kemudian dinikahi Rasulullah Saw. pada bulan Syawal tahun ke-10 kenabian, tepatnya setelah istri pertama beliau, Khadijah binti Khuwailid menutup usia. 

Saudah merupakan perempuan pertama yang dinikahi Nabi Muhammad Saw. sepeninggalan Khadijah. Ia mulai membina rumah tangga bersama Rasulullah Saw. di Makkah. Saat itu, Aisyah masih berusia enam tahun dan Rasulullah Saw hanya tinggal bersama Saudah. Saat Aisyah menginjak usia sembilan tahun, barulah Nabi Muhammad Saw membina rumah tangga dengan putri Abu Bakar tersebut di Madinah. Saudah wafat di akhir masa pemerintahan Umar bin Khatab, tepatnya pada bulan Syawal 54 H.

Kedua, menikahi Aisyah binti Abu Bakar

Rasulullah Saw. juga menikahi Aisyah pada bulan Syawal, sebagaimana pengakuan putri Ummu Ruman ini dalam hadis terkenal di atas.

Imam An-Nawawi berkata, hadis ini menunjukkan anjuran menikahkan, menikah, dan membangun rumah tangga pada bulan Syawal. Dalam Ar-Rahiq al-Makhtum dituliskan, Rasulullah Saw menikah dengan Aisyah pada tahun ke-11 kenabian, saat Aisyah masih berusia 6 tahun. Meskipun demikian, beliau baru membina rumah tangga dengan saudari Asma ini pada Syawal 1 H, tujuh bulan setelah hijrah, saat Aisyah sudah berusia 9 tahun.

Ketiga, menikahi Ummu Salamah

Nama aslinya adalah Hindun binti Abi Umayyah Al-Makhzumiyah. Dahulu, Ummu Salamah merupakan istri dari Abdullah bin Abdil Asad Al-Makhzumi. Akan tetapi lelaki yang akrab disapa Abu Salamah ini mengembuskan napas terakhir tak lama setelah perang Uhud, tepatnya pada 4 Jumadil Akhir 4 H. 

Ummu Salamah akhirnya menikah dengan Rasulullah Saw. pada akhir Syawal di tahun itu juga. Perempuan dari Bani Makhzum ini dikenal sebagai sahabat yang cerdas dan kritis, juga meriwayatkan hadis-hadis Nabi Muhammad Saw. Ummu Salamah adalah istri Rasulullah yang terakhir wafat, yakni pada tahun 59 H. dengan diberkahi umur panjang, bahkan sampai pada masa pembunuhan Husein bin Ali, cucu Rasulullah Saw.

Dengan memperhatikan fakta sejarah tersebut, maka apabila ada sebagian orang yang menghindari bulan-bulan tertentu untuk menikah karena menilainya sebagai bulan sial, maka sejatinya fenomena yang sama juga pernah terjadi pada zaman jahiliyah. Orang-orang jahiliyah meyakini bahwa bulan Syawal adalah pantangan untuk menikah. Nabi Muhammad Saw. menampik keyakinan tersebut. Sebagai bentuk penolakan beliau justru menikahi Sayyidah Aisyah pada bulan Syawal.

Abu Zakariya Yahya bin Syaraf atau lebih dikenal Imam Nawawi dalam al-Minhaj fi Syarhi Shahih Muslim menjelaskan, Sayyidah Aisyah mengatakan itu untuk menepis keyakinan yang berkembang di masyarakat jahiliyah dan sikap mengada-ada di kalangan awam bahwa makruh menikah, menikahkan, atau berhubungan suami-istri di bulan Syawal. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: