PCNU-Polres Lahat Tingkatkan Sinergisitas

PCNU-Polres Lahat Tingkatkan Sinergisitas

- Pengurus Cabang Ulama (PCNU) Kabupaten Lahat, memperkuat sinergisitas bersama jajaran Polres Lahat. Hal ini terlihat, dari kunjungan Kapolres Lahat, AKBP Eko Sumaryanto SIK ke Sekretariat PCNU Kabupaten Lahat di Jalan Mayor Ruslan III, Pasar Lama, Lahat, Jumat (11/02/2022). Kapolres Lahat, membawa Kasat Intelkam AKP Aktif Firdaus dan KBO Binmas Iptu H Yuslan. Kehadiran Kapolres Lahat mendapatkan sambutan langsung oleh jajaran PCNU Kabupaten Lahat. Antar lain, Rois Surya PCNU Kabupaten Lahat, KH Khusnuddin Karim Alhafidz, KH Agus Sucipto, H Ali Ali Afandi MPdI, beserta pengurus PC NU Kabupaten Lahat lainnya. Ada juga, perwakilan GP Ansor dan badan otonom PC NU Kabupaten Lahat Kapolres Lahat, AKBP Eko Sumaryanto SIK malalui Kasubis Hubmas Polres Lahat, Aiptu Lispono SH mengungkapan, Kapolres Lahat beserta rombongan, menghadiri undangan PCNU Kabupaten Lahat, dalam rangka audensi dan silaturahmi. “Kunjungan untuk meningkatkan sinergisitas,” ujarnya, Sabtu (12/02/2022). Dalam pertemuan ini, PC NU Kabupaten Lahat dan Polres Lahat siap membangun sinergisitas. PC NU yang merupakan ormas Islam terbesar di negeri ini, harapkan turut berperan, menjaga kondisi yang kambtimas. “NU wadahnya para ulama atau kiyai, d!harapkan membantu tugas Polri, memberikan kesejukan dan keteduhan dalam berdakwah di masyarakat,” ucapnya. (*/dyn) Nahdlatul Ulama atau NU, adalah organisasi Islam di Indonesia. Perkiraan keanggotaannya berkisar dari 40 juta (2013) hingga lebih dari 90 juta (2019), menjadikannya organisasi Islam terbesar di dunia. NU juga merupakan badan amal yang mendanai sekolah dan rumah sakit serta mengorganisir masyarakat untuk membantu pengentasan kemiskinan. NU didirikan pada 31 Januari 1926 M / 16 Rajab 1344 H di Kota Surabaya oleh seorang ulama dan para pedagang untuk membela praktik Islam tradisionalis (sesuai dengan mazhab Syafi’i dan kepentingan ekonomi anggotanya. Pandangan keagamaan NU dianggap \"tradisionalis\" karena menoleransi budaya lokal selama tidak bertentangan dengan ajaran Islam. Sebaliknya organisasi Islam terbesar kedua di Indonesia, Muhammadiyah, dianggap \"reformis\" karena membutuhkan interpretasi yang lebih literal terhadap Al-Qur’an dan Sunnah. Beberapa tokoh Nahdlatul Ulama adalah pendukung setia Islam Nusantara, sebuah ciri khas Islam yang telah mengalami interaksi, kontekstualisasi, pribumisasi, interpretasi, dan vernakularisasi sesuai dengan kondisi social budaya di Indonesia. Islam Nusantara mempromosikan moderasi, anti-fundamentalisme, pluralisme dan pada titik tertentu, sinkretisme. Namun, banyak sesepuh, pemimpin, dan ulama NU telah menolak Islam Nusantara dan memilih pendekatan yang lebih konservatif. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: