Ketika kami membahas arca megalitik tanpa kepala dan langsung Erlan menyambar obrolan kami dan bercerita bahwa Ayah Erlan pernah bercerita tentang kepala arca tersebut tetapi Erlan tidak tahu lagi dimana keberadaan kepala arca.
Jadi arca megalitik tanpa kepala yang sekarang berada di sawah Anudi memang pernah ada kepalanya, semoga kepala arca tersebut dapat diketahui.
Dari rumah Anudi kami dipandu oleh Erlan melihat beberapa peninggalan budaya lainnya yang berada di Desa Air Puar yaitu rumah adat atau yang disebut sebagai ghumah baghi.
Terdapat beberapa ghumah baghi di desa ini akan tetapi sangat disayangkan kondisinya tidak terpelihara dengan baik, banyak bagian rumah sudah berubah seperti atap dan tambahan lainnya sehingga bentuk asli ghumah baghi sudah tidak terlihat.
Ghumah baghi dengan pahatan/ukiran atau yang lebih dikenal dengan ghumah tatahan terlihat sangat megah karena terdapat pahatan di beberapa sudut rumah.
Dimasanya tentu rumah seperti ini hanya dimiliki oleh orang tertentu karena untuk mendirikan rumah dengan banyak pahatan tentu membutuhkan biaya yang tidak sedikit terutama untuk mendapatkan bahan baku kayu berkwalitas dan tukang yang terampil untuk merakit dan memahatnya.
Salah satu ciri khas ghumah baghi adalah bentuknya dan kontruksi rumah yang dibuat tanpa menggunakan paku dan tahan gempa.
Dari desa kami berjalan menuju timur desa ke arah Semendo, setelah berjalan sekitar 500 meter kami berbelok ke kanan dan masuk perkebunan kopi dan berjalan di antara pohon-pohon kopi sejauh 150 meter.
Sebelum masuk kebun kopi kami bertemu dengan sekelompok anak-anak SD yang ternyata juga mempunyai tujuan yang sama dengan kami. Yach kami akan menuju ke Batu Bergores atau yang lebih dikenal masyarakat Desa Air Puar sebagai Batu Tatah.
Setelah menyusuri pepohonan kopi kami menyeberangi sungai puar dan berjalan sekitar 20 meter dan tiba di batu tatah.
Dalam kesempatan ini anak-anak SD yang berasal dari SD di Desa Air Puar didampingi guru kelas dan Kepala Sekolah yaitu Robinson, SPd dan memberi kesempatan kepada kami untuk menjelaskan batu tatah kepada anak-anak.
Batu Tatah di Desa Air Puar telah diketahui oleh H.W.Vonk berkebangsaan Belanda pada tahun 1934 yang dituangkan dalam tulisannya berjudul De Batoe Tatahan Bij Air Poear kemudian tim dari BPCB Jambi melakukan pendataan pada tahun 2016 selanjut dari Puslitarkenas kesini pada tahun 2017 dan mahasiswa S3 Perancis mengunjungi batu tatah pada tahun 2021.
Dari kedua situs megalitik yang ada di Desa Air Puar kondisinya hingga saat ini masih belum mendapat perhatian serius dari pemerintah terutama terkait pemeliharaan misalnya pemerintah mengangkat juru pelihara situs megalitik untuk perawatan dan pemeliharaan kedua situs lebih baik dan maksimal seperti yang sudah dilakukan di situs lainnya.
Potensi Desa Air Puar selain potensi budaya berupa situs megalitik dan ghumah baghi juga mempunyai potensi pariwisata berupa air terjun/cughup, terdata ada 6 cughup di Desa Air Puar, belum lagi potensi pertanian, perkebunan, perikanan dan peternakan.
Bila saja ke-6 sektor tersebut dapat dikembangkan menjadi satu kesatuan yang tak terpisahkan misalnya dijadikan Integrated Farming, perpaduan sektor pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan, kebudayaan dan pariwisata, dikembangkan untuk meningkatkan kesejahteraan dan peningkatan perekonomian masyarakat desa, bisa dibentuk Bumdes dengan unit usaha ke-6 sektor tersebut.
Semoga suatu saat Desa Air Puar dan Kecamatan Mulak Ulu dapat berkembang dengan baik, maju dan sukses menjadikan Kabupaten Lahat Bercahaya. (Mario Andramartik, Juni 2023). *