Wilayah Kikim Area Terkepung Perkebunan Kelapa Sawit, Hutan Dulu Lebat Kini Hanya Kenangan

Wilayah Kikim Area Terkepung Perkebunan Kelapa Sawit, Hutan Dulu Lebat Kini Hanya Kenangan

Wilayah Kikim Area Terkepung Perkebunan Kelapa Sawit, Hutan Dulu Lebat Kini Hanya Kenangan. -foto: lahatpos.co-

Wilayah Kikim Area Terkepung Perkebunan Kelapa Sawit, Hutan Dulu Lebat Kini Hanya Kenangan 

Lahatpos.co, Kikim Area - Wilayah Kikim, yang dahulu dikenal dengan hutan hujan tropisnya yang lebat dan kaya akan keanekaragaman hayati, kini hampir seluruhnya dikelilingi oleh perkebunan kelapa sawit. 

Perubahan drastis ini telah mengubah wajah Kikim dari kawasan hijau yang asri menjadi hamparan monokultur kelapa sawit, baik yang dikelola oleh perusahaan besar maupun perkebunan milik warga.

Namun dalam beberapa dekade terakhir, hutan tersebut telah dibabat habis untuk diubah menjadi perkebunan kelapa sawit. 

Kini, hanya tersisa sedikit kawasan hutan yang masih bertahan, sementara sisanya telah berubah menjadi lahan sawit yang membentang sejauh mata memandang.

Masyarakat setempat mengaku merasakan dampak langsung dari perubahan ini. “Dulu, kami bisa mengambil hasil hutan seperti rotan, madu, dan kayu. Sekarang, semuanya sudah hilang. Yang ada hanya pohon sawit,” ujar Pak Jono, seorang warga Kikim yang telah tinggal di wilayah ini selama puluhan tahun.

Perkebunan kelapa sawit di Kikim terdiri dari dua jenis: perkebunan skala besar yang dikelola oleh perusahaan dan perkebunan kecil milik warga. 

Perusahaan-perusahaan besar datang dengan janji pembangunan ekonomi dan lapangan kerja, sementara warga beralih ke sawit karena dianggap lebih menguntungkan secara finansial dibandingkan bertani tradisional.

Namun, di balik keuntungan ekonomi, dampak lingkungan yang ditimbulkan sangat besar. Deforestasi telah menyebabkan hilangnya keanekaragaman hayati, erosi tanah, dan pencemaran air akibat penggunaan pupuk kimia dan pestisida. Selain itu, perubahan iklim mikro juga dirasakan oleh warga, dengan suhu yang semakin panas dan sumber air yang semakin sulit.

Alih fungsi hutan menjadi perkebunan kelapa sawit juga memicu konflik lahan antara perusahaan, warga, dan masyarakat adat. Banyak warga yang merasa hak atas tanah mereka diabaikan, sementara perusahaan-perusahaan besar terus memperluas lahan mereka. Masyarakat adat, yang selama ini bergantung pada hutan untuk memenuhi kebutuhan hidup, kini terpinggirkan dan kehilangan akses ke sumber daya alam mereka.

“Kami tidak pernah diajak bicara ketika saat perusahaan masuk ke sini. Tanah leluhur kami diambil begitu saja, dan kami tidak bisa berbuat apa-apa,” keluhYamin   salah  seorang masyarakat Kikim timur  desa Karang Endah 

Kendati demikian Masyarakat Kikim berharap agar pemerintah dapat menyeimbangkan antara pembangunan ekonomi dan pelestarian lingkungan. Mereka juga mendesak perusahaan-perusahaan sawit untuk bertanggung jawab dan menerapkan praktik perkebunan yang berkelanjutan.

Wilayah Kikim kini menjadi contoh nyata dari dampak alih fungsi hutan menjadi perkebunan kelapa sawit. Hutan yang dulu lebat kini hanya tinggal kenangan, sementara masyarakat setempat harus menghadapi konsekuensi lingkungan, sosial, dan ekonomi yang berat. Diperlukan kebijakan yang lebih tegas dan komitmen bersama untuk memastikan bahwa pembangunan tidak mengorbankan masa depan generasi mendatang.*

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: