Perempuan ini Lestarikan Seni Tenun Kain Perlung, Warisan Budaya Leluhur Lahat

Perempuan ini Lestarikan Seni Tenun Kain Perlung, Warisan Budaya Leluhur Lahat

Perempuan ini Lestarikan Seni Tenun Kain Perlung, Warisan Budaya Leluhur Lahat.-foto: lahatpos.co-

Penulis: Mario Andramartik, Pemerhati Kebudayaan dan Pariwisata Lahat

Lahatpos.co - Kebudayaan adalah hasil kegiatan dan penciptaan batin manusia seperti kepercayaan, kesenian, dan adat istiadat. Kekayaan budaya Kabupaten Lahat tak akan habisnya diungkap dan salah satunya adalah Tenun. 

Timbul sebuah pertanyaan apakah masyarakat Kabupaten Lahat juga mengenal Seni Tenun? 

Dari penelusuran penulis, di Kabupaten Lahat sejak masa Hindia Belanda sudah mengenal Seni Tenun, sekarang telah dihidupkan kembali dan menghasilkan Kain Tenun dengan motif lawas. 

Di Desa Rambai Kaca Kecamatan Sukamerindu Kabupaten Lahat terdapat satu sosok yang masih menjaga dan melestarikan warisan budaya leluhurnya. 


Mala mengajarkan cara tenun Kain Perlung.-foto: lahatpos.co-

Namanya Sri Amala Dewi yang sering dipanggil Mala, sosok wanita berumur 45 tahun ini telah menekuni kegiatan menenun selama 1,5 tahun. 

“Aku melakukan ini untuk melestarikan warisan budaya leluhur kite,” ujar Mala dengan semangat ketika kami menemui di rumahnya. 

Motif tenunan yang dibuat oleh Mala berupa motif lawas khas daerah Pasemah atau Besemah yaitu Perlung. 

Motif ini mengangkat kearifan lokal terutama motif pahatan yang ada di ghumah baghi seperti motif pucuk rebung, bunga kunyit, ijat lubai, mate punai, mate langgai, bintang bekurung, bintang betabur dan ulat panggang.

Mala menyambut kedatangan kami dengan ramah dan suka cita serta bercerita sejak awal dia ikut pelatihan menenun hingga sekarang sudah menjadi seorang penenun. 

“Aku senang nian bisa menenun perlung ini apalagi yang mau belajar aku senang ngajarin,” kata Mala dengan senyum cerianya. 

Kain tenun yang berkembang di Kabupaten Lahat sejak masa Hindia Belanda disebut dengan kain perelung atau perlung. 

Saat ini kain Perlung yang lama sudah tidak ditemukan lagi di Lahat karena sejak masa kolonial kain ini sudah menjadi primadona dan barang koleksi orang-orang Belanda.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: