Pengetahuan, Ternyata ini Alasan Etnis Rohingya Terusir dari Myanmar

Pengetahuan, Ternyata ini Alasan Etnis Rohingya Terusir dari Myanmar

Etnis Rohingya-sumber foto google-lahatposco

Lahatpos.co – melansir dari berbagai sumber sejak November 2023 setidaknya ada 1.200 pengungsi etnis Rohingya terus berdatangan ke Indonesia.

 

Hal ini tentu membawa rasa penasaran yang teramat besar bagi sebagian orang, banyak yang bertanya ada apa sebenarnya, dan apa penyebab etnis Rohingya terusir dari Myanmar.

Melansir dari berbagai sumber ternyata ada beberapa penyebab kenapa etnis Rohingya terusir dari Myanmar, bagi kamu yang Penasaran, berikut informasi lengkapnya.

Mengutip situs resmi Perpustakaan Unikom, etnis Rohingya telah ada sejak 1824. Saat itu, Myanmar masih bernama Burma.

Etnis Rohingya mendarat ke Burma karena campur tangan Inggris yang saat itu berhasil menguasai Burma. Selain itu adanya pengaruh perjanjian Yandabo. Mulanya, etnis Rohingya ditempatkan di Arakan.
Semasa pendudukan Inggris di Burma, etnis Rohingya memiliki kehidupan sejahtera. Pasalnya, pihak mereka mampu menguasai sektor ekonomi.

Namun keadaan itu tak bertahan lama semenjak Jepang mengalahkan Inggris. Kedudukan Rohingya di Burma saat itu pun teracanam.

Parahnya, Burma yang kemudian berganti nama Myanmar menerbitkan Undang-Undang tentang Kewarganegaraan Myanmar atau Burma Citizenship Law 1982. Dalam aturan itu disebutkan jika etnis Rohingya tidak diakui a sebagai salah satu etnis mayoritas maupun etnis minoritas yang ada di Myanmar.

Kemudian mengutip situs resmi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, pemerintah Myanmar juga mengeluarkan argumentasi bahwa etnis Rohingya sebagai imigran gelap. Hal tersebut juga mendorong timbulnya bentrok terhadap etnis Rakhine, mayoritas penduduk yang bermukim di Arakan, Myanmar.

Konflik tersebut bermula pada Mei 2012. Saat itu beredar foto hasil forensik mengenai pembunuhan terhadap perempuan etnis Rakhine yang dilakukan oleh tiga pemuda etnis. Pemuka agama dan masyarakat Rakhine pun membunuh etnis Rohingya.

Puncaknya, konflik tersebut pecah pada Juni 2012. Thein Sein yang saat itu menjabat sebagai presiden Myanmar memilih untuk mendeportasi etnis Rohingya serta mengumpulkannya dalam tempat penampungan.

Akibat dari kejadian ini sebanyak 140 ribu jiwa terusir dan 800 orang tidak mempunyai kewarganegaraan, 3 ribu bangunan rusak, dan hampir 60 ribu orang kehilangan tempat tinggal. Para etnis Rohingya pun terpaksa meninggalkan Myanmar dan pergi mengungsi ke berbagai negara terdekat seperti Indonesia, Malaysia, dsb.

 




Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: lahatpos.co