Desember Puncak Hujan Deras, Gubernur Sumsel Herman Deru Siapkan Personil dan Peralatan

Desember Puncak Hujan Deras, Gubernur Sumsel Herman Deru Siapkan Personil dan Peralatan

Gubernur Sumsel H Herman Deru mengecek peralatan untuk pencegahan dan kesiapsiagaan penanggulangan bencana banjir dan tanah longsor Sumsel tahun 2022.--

PALEMBANG, LAHATPOS.CO – Berkaca dari pengalaman tahun yang berlalu, bulan Desember biasanya rawan terjadi bencana alam.

Baik itu banjir maupun tanah longsor.

Hujan deras berkepanjangan biasanya menyebabkan bagian tanah tergerus.

Termasuk banjir di pemukiman warga.

BACA JUGA:Profil Wakil Walikota Pagar Alam Muhammadi Fadli

Tak terkecuali di Kabupaten Lahat banjir sering melanda.

Kejadian bencana alam menjadi perhatian Gubernur Sumsel H Herman Deru.

Gubernur Sumsel H Herman Deru memimpin langsung apel kesiapan personil dan peralatan dalam rangka penguatan kapasitas kawasan untuk pencegahan dan kesiapsiagaan penanggulangan bencana banjir dan tanah longsor Sumsel tahun 2022 di Jakabaring Sport City (JSC), Rabu (7/12) sore. 

Dalam sambutannya Gubernur Herman Deru mengatakan, kondisi geografis Sumsel dengan dataran tinggi (Pegunungan) di bagian Barat seperti Pagaralam, Lahat, Muara Enim dan OKU Selatan, berpotensi terjadinya peristiwa alam seperti Gunung Meletus, Guguran Larva Panas, Gas Beracun/Belerang (Gunung Dempo) yang merupakan gunung api aktip, Tanah Longsor, Banjir Bandang dan Angin Puting Beliung.

BACA JUGA:Sebelum Meninggal, Wakil Walikota Pagar Alam M Fadli Bermain Badminton

Sementara di bagian timur yang merupakan dataran rendah dan perairan seperti Musi Banyuasin, Banyuasin, Ogan Komering Ilir, Ogan Ilir dan Palembang, mempunyai potensi terjadinya potensi banjir akibat luapan air sungai dan menimbulkan genangan yang dipengaruhi oleh musim hujan dan pasang air laut, selain itu juga pada daerah yang lebih terbuka dapat terjadi angin puting beliung. 

Semua rangkaian peristiwa alam tersebut sebenarnya merupakan peristiwa alam biasa yang bisa saja terjadi, namun dampak dari peristiwa alam tersebut menjadi masalah atau menjadi bencana, seperti merobohkan rumah, merusak sarana prasarana dan fasilitas masyarakat yang ada, atau bahkan menimbulkan korban jiwa baik luka-luka atau bahkan meninggal dunia. 

"Peristiwa alam tersebut dapat berubah menjadi bencana apabila kita tidak siap dan melaksanakan upaya kesiapsiagaan mulai dari pemetaan daerah rawan bencana, sosialisasi kepada masyarakat tentang kondisi wilayah kebencanaan yang ada di daerahnya masing-masing. Karena itu diperlukan penguatan kapasitas masyarakat dan aparat seperti pelatihan," jelas Herman Deru. 

Menurut HD hal lain yang lebih penting juga adalah kondisi alam, bencana ini terjadi juga karena terdegradasinya kondisi alam atau kurangnya daya dukung alam seperti kerusakan hutan, pertambangan, budaya masyarakat seperti membuang sampah sembarangan dan lain lain. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: