Musim Panas
di seluruh sumatera non ibukota provinsi sepertinya sama semua pak, senasib sepenanggungan.
Dahlan Batubara
Di Mandailing, Sumut, siapa yg punya tv pasti punya payung terbalik (parabola). Tak ada antena tulang ikan. Dari dulu begitu. Makanya tiap rumah pasti ada payung terbalik.
Djokher Djokhers
Zaman kecil dulu di bojonegoro, ayah kalau pasang antena TV ada dua jenis. Satu antena besar menghadap ke barat (untuk tangkap TVRI pusat/jakarta), satu antena kecil menghadap ke timur (tangkap siaran TVRI Surabaya). Yg kecil di atas, yang besar dipasang di bawah. Kedua antena dipasang di tiang bambu utuh; ujung bambu sampai bongkotan/bagian bawah bambu dipakai semua. Dibantu paman dan tetangga untuk merdirikan bambu tiang antena itu Teringat; pas petinju kita ellyas pical main, tv dikeluarin di halaman. Orang sekampung nonton.
Macca Madinah
Berdasarkan pengalaman pribadi di wilayah CIlebut Kabupaten Bogor, yang siaran digitalnya stabil dan bagus: TVRI (ada empat channel, termasuk TVRI World), Net-TV, TransTV-Trans7-CNNIna-CNBCIna, DAAITV, NusantaraTV. Yang tertangkap sinyalnya tapi angot-angotan: O-Channel, KompasTV, Indosiar, SCTV, Inspira, TVMu, kayaknya masih ada beberapa lagi. Yang belum pernah tertangkap sinyal digitalnya: TVONE, MNCTV, RCTI, METROTV. Kalau gak salah, beberapa stasiun kakap memulai gerakan minta ditunda (LAGI), dengan alasan memberatkan rakyat. Untung di artikel Abah dijelaskan, ternyata oh ternyata, alasan "rakyat" itu kedok. Semoga tetap jalan, karena emang buagus tenan, jadi inget pertama kali lihat siaran digital di negara jiran. Ampun deh endonesah-endonesah, ternyata banyak supir di belakang layar.
triyoga
:D memang lebih mudah mencari teman untuk susah bareng. Daripada sukses bareng. meskipun sama2 susah. Cuma beda ending saja
Yasin Ramadhani
Pemegang MUX yg besar itu sudah merasa tv lokal bukan ancaman lagi. Ancaman mereka adalah Youtube, Netflix dan aplikasi-aplikasi streaming. Itulah menurut saya kenapa mereka legowo dan baru sekarang digitalisasi baru bisa diterapkan.
Lukman bin Saleh
Mohon maaf. Dalam komentar sy sebelumnya d bawah, sy menyamakan STB dg receiver digital. Krn bntuknya sama. Mereknyapun sama. Trnyata beda. STB jauh lebih sederhana dan murah dr receiver digital. STB bukan receiver digital tanpa parabola spt yg saya kira. Ini semakin memperkuat dugaan. Terkatung2nya proses migrasi ke tv digital sebenarnya bukan hanya krn masalah biaya yg harus d keluarkan masyarakat. Tp lobi2 kuat pengusaha besar yg ingin mempertahankan monopolinya dalam usaha pertelevisian...
Pryadi Satriana
"Jancuk" bukan dari "Jan Cox", tapi dari kata "ancuk" yg berarti "bersetubuh" (dalam Purwadarminta 1939, Bausastra Jawa). Ditambahkan awalan 'di-' menjadi 'diancuk', ungkapan bernada 'pelecehan' thd lawan bicara. Dlm perkembangannya, mempunyai banyak 'varian', maknanya pun 'meluas', bahkan juga konotasinya menjadi 'baik' (amelioratif), bisa menjadi 'sapaan akrab'. Sebaliknya, ada kata yg 'nilai rasa'-nya (saya lebih suka memakai 'nilai rasa' daripada 'makna') menjadi 'jelek' terpengaruh kata yg mengikutinya, spt pada 'perempuan murahan', padahal 'perempuan' dari bentukan 'per-empu-an' ('yang dihormati'). Jadi, ndhak bener "jancuk" dari "Jan Cox." Wis ngono ae, Cuk.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: