Hikmah dan Pelajaran dari Ibadah Haji

Hikmah dan Pelajaran dari Ibadah Haji

Saat ini umat Islam dari segala penjuru dunia tengah berbondong-bondong berangkat ke tanah suci untuk menunaikan salah satu ibadah agung dan ketaatan yang mulia. Mereka menunaikan ibadah haji ke Baitullah al-Haram. Dalam rumah Allah tersebut ditegakkan amalan-amalan dan syiar-syiar yang agung dan manasik yang penuh keberkahan.

Para jamaah haji menyambut panggilan Dzat yang telah memuliakan rumah tersebut, Allah Jalla wa ‘Ala. Mereka diajak meresapi dan merenungi kembali amalan-amalan mereka dan makna kehidupan. Mereka diseru pada kebaikan yang amat agung. Allah Ta’ala berfirman,

وَأَذِّنْ فِي النَّاسِ بِالْحَجِّ يَأْتُوكَ رِجَالًا وَعَلَى كُلِّ ضَامِرٍ يَأْتِينَ مِنْ كُلِّ فَجٍّ عَمِيقٍ (27) لِيَشْهَدُوا مَنَافِعَ لَهُمْ

“Dan berserulah kepada manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, dan mengendarai unta yang kurus yang datang dari segenap penjuru yang jauh, supaya mereka menyaksikan berbagai manfaat bagi mereka…” (QS. Al-Hajj: 27-28).

Sidang jumat rahimakumullah

Demikianlah, dalam ibadah haji memang banyak teradapat pelajaran dan hikmah yang besar, yang harus diresapi oleh setiap orang yang beriman dengan akal dan nurani mereka. Sehingga bisa diperoleh bisa bermanfaat

 Hadirin sidang jumat rahimakumullah,

Haji adalah madrasah imaniah, pendidikan amal dan akhlak. Namun terkadang orang-orang lalai dari pelajaran dan hikmahnya. Di antara buah pelajaran dari ibadah haji adalah menyambut panggilan Allah SWT , menaati perintah-perintah-Nya, dan menjauhi apa yang Dia larang. Allah  SWTberfirman,

الْحَجُّ أَشْهُرٌ مَّعْلُومَاتٌ فَمَن فَرَضَ فِيهِنَّ الْحَجَّ فَلاَ رَفَثَ وَلاَ فُسُوقَ وَلاَ جِدَالَ فِي الْحَجِّ وَمَا تَفْعَلُواْ مِنْ خَيْرٍ يَعْلَمْهُ اللّهُ وَتَزَوَّدُواْ فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى وَاتَّقُونِ يَا أُوْلِي الأَلْبَابِ

“(Musim) haji adalah beberapa bulan yang diketahui, barangsiapa yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan haji, maka tidak boleh rafats, berbuat fasik dan berbantah-bantahan di dalam masa mengerjakan haji. Dan apa yang kamu kerjakan berupa kebaikan, niscaya Allah mengetahuinya. Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal.” (QS. Al-Baqarah: 197).

Dalam ayat tersebut Allah menyatakan “tidak boleh rafats, berbuat fasik dan berbantah-bantahan di dalam masa mengerjakan haji” dalam ayat ini Allah memerintahkan untuk menahan dan menjauhkan diri dari hal-hal yang dilarang. Yang demikian sebagai pendidikan untuk jiwa dan ruh manusia.

Allah juga menyatakan “Dan apa yang kamu kerjakan berupa kebaikan, niscaya Allah mengetahuinya” kalimat ini sebagai motivasi yang diberikan Allah kepada para hamba-Nya untuk mengamalkan kebajikan dan bersegera dalam melaksanakan ketaatan.

Allah juga mewasiatkan “Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa”. Di sini Allah memberitahukan hendaknya seseorang memiliki persiapan dan bekal untuk hari kiamat dengan bekal ketakwaan, dengan cara melaksanakan apa yang Dia perintahkan dan meninggalkan apa yang Dia larang.

Di antara amalan yang diperintahkan dilakukan berulang kali saat ibadah haji adalah mengucapkan kalimat talbiyah “labbaik Allahumma labbaik…” pengaugngan terhadap syiar-syiar Allah dan merealisasikan ketaatan kepada-Nya. Demikian juga tatkala para jamaah sudah berada di negeri mereka masing-masing, melanggengkan ibadah dan amalan ketaatan mendapat penekanan yang lebih. Mereka diperintahkan untuk menjaga diri, memperbaiki diri terus-menerus, mengerjakan kewajiban, dan menjauhi larangan karena dengan inilah predikat haji yang mabrur itu digapai. Lebih baik keadaannya dari sebelum mereka menunaikan ibadah haji.

فَعَنْ أَبْي أُمَامَةَ اَلْبَاهِلِي رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ فِي حَجَّةِ الوَدَاعِ (( اتَّقُوا اللَّهَ رَبَّكُمْ وَصَلُّوا خَمْسَكُمْ، وَصُومُوا شَهْرَكُمْ، وَأَدُّوا زَكَاةَ أَمْوَالِكُمْ، وَأَطِيعُوا ذَا أَمْرِكُمْ تَدْخُلُوا جَنَّةَ رَبِّكُمْ )) ؛

Dari Abu Umamah al-Bahili radhiallahu ‘anhu, ia berkata, “Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Bertakwalah kepada Allah Rabb kalian. Kerjkanlah shalat yang lima waktu. Berpuasalah di bulan Ramadhan. Tunaikan zakat harta kalian. Taatilah para pemimpin kalian. Niscaya kalian akan masuk ke dalam surge Rabb kalian.”

Ini adalah perkara-perkara perintah yang wajib ditaati dan diamalkan. Adapun hal-hal yang dilarang dan harus dijauhi disebutkan dalam hadits Salamah bin Qais al-Asyja’i radhiallahu ‘anhu, ia berkata,

سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ يَخْطُبُ فِي النَّاسِ فِي حَجَّةِ الوَدَاعِ فَقَالَ : (( أَلاَ إِنَّمَا هُنَّ أَرْبَعٌ : أَنْ لاَ تُشْرِكُوا بِاللَّهِ شَيْئاً ، وَلاَ تَقْتُلُوا النَّفْسَ الَّتِى حَرَّمَ اللَّهُ إِلاَّ بِالْحَقِّ ، وَلاَ تَزْنُوا ، وَلاَ تَسْرِقُوا )) ؛

“Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkhotbah di haji al-wada’, ‘Empat larangan itu adalah janganlah kalian menyekutukan Allah dengan sesuatu apapun, jangan membunuh jiwa yang diharamkan Allah kecuali dengan alasan yang dibenarkan, jangan berzina, dan jangan mencuri.”

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang seseorang dari melakukan dosa-dosa besar tersebut.

Dengan demikian diketahui bahwasanya wajib bagi para haji bahkan kaum muslimin secara umum untuk bertakwa kepada Allah Jalla wa ‘Ala, membekali diri mereka untuk hari mereka dikembalikan kepada Allah dengan bekal yang terbaik yaitu takwa kepada Allah Jalla wa ‘Ala. Bertakwa dalam arti yang sesungguhnya, melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi segala yang Dia larang. Allah Ta’ala berfirman menutup rangkaian ayat tentang haji dalam surat Al-Baqarah,

فَمَن تَعَجَّلَ فِي يَوْمَيْنِ فَلاَ إِثْمَ عَلَيْهِ وَمَن تَأَخَّرَ فَلا إِثْمَ عَلَيْهِ لِمَنِ اتَّقَى وَاتَّقُواْ اللّهَ وَاعْلَمُوا أَنَّكُمْ إِلَيْهِ تُحْشَرُونَ

“Barangsiapa yang ingin cepat berangkat (dari Mina) sesudah dua hari, maka tiada dosa baginya. Dan barangsiapa yang ingin menangguhkan (keberangkatannya dari dua hari itu), maka tidak ada dosa pula baginya, bagi orang yang bertakwa. Dan bertakwalah kepada Allah, dan ketahuilah, bahwa kamu akan dikumpulkan kepada-Nya.” (QS. Al-Baqarah: 203).

بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ بِالقُرْآنِ وَالسُنَّةِ وَنَفَعْنَا بِمَا فِيْهُمَا مِنَ الذِّكْرِ وَالْحِكْمَةِ وَاَسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ إِنَّ رَبِّي غَفُوْرٌ رَحِيْمٌ.

Penulis : Paizal Azhari SPd (Khotib Sholat Jum’at di Masjid Pagar Agung)

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: