Mahasiswi Ditanya Oknum Dosen Ukuran Bra
- Sudah tiga mahasiswi Fakultas Ekonomi Universitas Sriwijaya (Unsri) yang duga menjadi korban oknum dosen berinisial R yang melaporkan kasus dugaan pelecehan seksual ke Polda Sumsel. Sabtu (4/12), mahasiswi Unsri berinisial D memberanikan diri dan membulatkan tekad melaporkan oknum dosen berinsial R. Sebelumnya mahasiswi C dan F melaporkan kasus yang serupa yakni merasa telah mendapat pelecehan melalui pesan WhatsApp. “Saya sendiri mengalami pelecehan melalui Telegram,” ujar D mulai menceritakan. Hingga saat ini D tidak habis pikir mengapa dia bisa menjadi korban pelecehan secara online yang sebutnya sudah lakukan oknum dosen berinisial R, karena sebelumnya tidak pernah ada pertemuan fisik sama sekali. “Kirim chat yang aneh-aneh, ya jelas saya takut. Gimana mau ketemu, setiap ingin ke kampus saya sudah lebih dulu takut,” ungkap D. Oknum dosen tersebut mulai mengirimkan chat yang aneh-aneh, sejak D menghubunginya sebagai penguji dalam ujian kompre. Dan ternyata, chat itu lanjutkan oknum dosen R dengan menghubungi D melalui Telegram pada 14 Juli 2021 lalu. “Nomor ponsel saya terhubung langsung dengan akun medsos saya termasuk apilkasi Telegram. Dia, nge-chat saya dari Telegram dengan sistem 15 menit langsung hilang atau terhapus. Namun ada chat yang masih saya simpan sebagai bukti,” urai D. Isi pesan yang dikirim oknum dosen R membuat D risih. D merasakan itu bukan sekadar basa-basi, malah dosen R tak segan mengirimkan pertanyaan yang membuat D merasa tidak nyaman. “Awalnya biasa. Seperti nanya-nanya lalu ujungnya nge-chat minta kirim nomor rekening, katanya untuk kasih uang jajan. Langsung saya tolak dan tidak saya balas, karena saya pikir untuk apa dia kasih uang,” ceritanya lagi. Tidak sampai di situ, pada malam harinya, oknum dosen R kembali mengirimkan chat dan menanyakan hal-hal yang tidak pantas. “Malam hari kirim chat lagi, tanya pakai baju warna apa, dalamannya pakai warna apa, ukuran bra juga tanya. Saya risih lah, makin tidak saya hiraukan. Tetap saja dia kirim chat terus,” urai D lagi. Belum puas, dosen R kemudian menghubungi D langsung namun tidak respon. Hingga akhirnya oknum dosen tersebut mengirimkan pertanyaan yang menurut D sangat tidak pantas pada 25 Agustus 2021 lalu. “Bahasanya sama. Minta nomor rekening. Tapi ada bahasa yang lebih tidak senonoh lagi. Jelas saya tidak gubris,” tambahnya. D sangat berharap tidak ada mahasiswi lain yang mengalami perlakuan serupa. Terlebih sudah ada dua mahasiswi Unsri lainnya yang lebih dahulu melaporkan dosen R dengan kasus yang sama. “Jika kasus ini tidak diangkat, saya yakin bisa membuat dia (oknum dosen) semakin menjadi-jadi. Ini bisa menimbulkan ketakutan untuk diri kita sendiri sebagai mahasiswa, saya tidak akan jera untuk membawa kasus ini ke kepolisian,” ujarnya. D juga memutuskan untuk tidak mengadukan persoalan ini ke pengurus kampusnya dan memilih langsung membuat laporan ke polisi. “Karena apa, saya berkaca dengan kasus sebelumnya. Perlakuan tidak nyaman diterima oleh mereka berdua (korban C dan F). Sengaja saya tidak memberitahukan fakultas, karena tidak mau ditawari mediasi dan semacamny. Saya mau langsung ke polisi saja dan tidak mau melibatkan kampus,” tutupnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: