Karantina Anti Mati Gaya
Karantina di membuat anti mati gaya. Apalagi sekarang Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) mulai diterapkan di beberapa wilayah Indonesia. Aktivitas kita mungkin nggak berubah, tetap dituntun untuk diam di rumah. Pembedanya, kalau kita nakal, mulai ada tuh sanksi hukum yang akan diberikan. Saya sih nggak mau nyari perkara ya. Mending di rumah aja dari pada harus berurusan sama aparat. Pertanyaannya, selama di rumah ngapain aja? Ada 7 aktivitas yang biasa saya lakukan di rumah. Lumayanlah untuk mengalihkan perhatian dari rasa bosan yang mulai mendera. Ini aktivitas yang nggak cuma ampuh menghilangkan bosan saja, menurut saya. Aktivitas ini juga biasa saya pakai untuk meredam stress gara-gara covid-19. Seneng aja gitu main sama bocah. Ketawanya itu renyah banget, jadi segala perasaan negatif bisa hilang dalam sekejap. Banyak aktivitas permainan yang saya mainkan dengan anak. Main AR yang ada di Google, main sama , jadiin brosur mobil buku cerita, baca buku, dan tentunya permainan fisik yang menguras tenaga sendiri. Sesekali isengin bocah juga. Ah, banyak lah pokoknya. Dulu, saya buat jadwal main sama anak. Hari ini main apa, besok main apa. Tapi, setelah ikut kelas usia dini, semua itu saya tepiskan. Sekarang, saya lebih banyak mengamati anak saya. Mengikuti apa sih yang dia mau mainkan. Iya, anak saya sekarang memang masih 5 bulan. Tapi bukan berarti dia tidak bisa memilih mau berkegiatan apa. Kalau mau diamati betul-betul, dia sendiri lho yang menggiring saya untuk main permainan tertentu. Ini yang membuat saya sendiri. Kok bisa ya? Sekarang, anak saya mulai asyik dengan dunianya. Kurang lebih separuh dari aktivitas mainnya mulai dihabiskan sendiri. Artinya, kalau dia lagi pingin main sendiri, saya bakal dicuekin banget. Sekeras apapun mencoba menarik perhatiannya. Makanya, kalau pas lagi mau main bareng, saya manfaatkan semaksimal mungkin. Semakin besar, saya yakin si bocil akan lebih sibuk dengan dunianya sendiri. Saya jadi semakin tersisih. Meskiiiii... Dengan begini saya jadi lebih punya waktu untuk diri sendiri. Jadi, mumpung pusat perhatiannya sebagian besar masih saya, mari kita maksimalkan. Sebagian besar waktu saya memang lebih banyak main sama bocah. Nonton film, drama, atau tertentu ya waktu sendiri. Waktu masak misalnya. Atau setrika baju. Saya bukan orang yang menikmati aktivitas beberes. Jadi, selama bisa disambi nonton ya pasti akan saya sambi. Ini cukup ampuh menahan saya untuk pada pekerjaan saya hingga selesai. Nulis ini rasanya kayak orang yang hobi masak aja. Padahal ya enggak juga. Frekuensi masak saya tetap sama kok. Nggak terlalu sering ke dapur juga untuk menyalakan kompor. Belakangan, saya suka resep baru. Mulai buka buku resep dan coba-coba. Saya coba masak menggunakan bahan-bahan yang hampir tidak pernah saya pakai, bahkan ada yang benar-benar baru. Ini semacam eksperimen gitu. Dari sini, saya jadi punya khasanah rasa baru. bahasanya, udah macem koki aja. Wkwkwk... Sering buat cemilan nggak sih? Nggak terlalu sih. Saya lebih suka beli. Paling kalau hujan dan pingin yang anget-anget, saya mulai bikin gorengan. Selain itu semua, saya juga nggak ketinggalan coba resep minuman yang hits banget, dalgona coffee. Saya baru tahu kalau ada fakta unik di balik namanya ini. Tapi saya nggak bisa minum kopi. Jadi, saya ganti dengan coklat bubuk. Saya pakai kekuatan tangan untuk menghasilkan foam coklat yang sempurna. Hasilnya? Alih-alih jadi dalgona, malah jadi dalgombes. sodara-sodara. Mau cobain lagi kok enggan. Capek banget ngocok foamnya kalau tanpa . Ampun deh. Saya nggak terlalu suka aktivitas ini sebetulnya. Tapi, kalau rumah rusuh juga nggak nyaman sendiri. Kalau memang punya banyak waktu, saya biasa bersihkan seluruh rumah sendiri. Kalau tidak, paling hanya ruangan yang sering digunakan saja yang saya bersihkan. Iya, saya tahu. Ini musim korona dan mestinya standar kebersihan rumah naik. Saya cuma nggak sanggup aja bebersih rumah dari depan sampai belakang sering-sering. Betul, rumah saya bersih. Tapi sayanya yang stress. Hal terpenting untuk kondisi saat ini, rumah nggak kotor banget dan saya bisa tetap happy. Nonton film memang seru dan bisa jadi sarana . Tapi, kalau kamu seperti saya yang butuh banget interaksi dengan manusia, bisa lho mulai ikut kelas-kelas . Selain bisa digunakan untuk kita, ini juga bisa digunakan untuk menambah relasi. Beberapa kelas sekarang memanfaatkan zoom untuk proses belajarnya. Memang, tidak bisa menggantikan tatap muka langsung. Tapi, dengan cara ini rasanya seperti menyeret kita untuk keluar dari rumah. Selama masa karantina ini, saya ikut dua kelas . Kedua kelas yang saya ikuti punya platform belajar yang berbeda. Ada yang menggunakan gambar dan teks di . Ada juga yang menggunakan video. Sebetulnya, saya lebih nyaman dengan kelas yang menggunakan video atau punya podcast. Saya jadi bisa menyimak materi sambil memasak atau beberes rumah. Meski demikian, kelas yang menggunakan social messenger juga oke. Saya jadi punya kenalan baru di kelas ini. Kelemahannya, harus gercep supaya tidak manjat ratusan chat. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan ketika ingin mengikuti kelas . Pastikan kita memang punya waktu untuk menyimak materi. Kalau memang niat mencari ilmu, ya sisihkan waktu. Jangan ikut kalau memang cuma kepingin tapi tidak punya cukup waktu. Mubadzir aja jadinya. Banyak orang yang beranggapan begini, \"alah, kelas aja lho. Nanti materinya juga bisa diakses lagi.\" Padahal, belum tentu juga. Kalau HP pemateri atau penanggung jawab kelas full lalu gambar slide dihapus, bagaimana coba? Rugi kan sudah bayar. Materi tidak dapat, uang melayang. Ini aktivitas yang paling saya sempat-sempatkan di tengah kesibukan sebagai ibu dan istri. Biasanya sih, saya mulai menulis kalau anak sudah tidur atau ketika semua orang belum bangun. Jangan dibayangkan saya nulis di depan laptop dengan damai ya. Tidak sama sekali. Semua tulisan-tulisan saya di blog sejak melahirkan saya tulis di notes HP. Termasuk tulisan ini. Tentu saja untuk menulis satu artikel tidak bisa langsung jadi dalam satu malam. Saya biasa menghabiskan waktu 2-3 hari untuk mencicil tulisan saya. Bahkan bisa lebih dari itu kalau kondisi bocil lagi susah untuk dilepas. Menulis buat saya tidak hanya untuk mengisi waktu luang saja, tapi juga untuk . Kalau lagi galau banget, biasanya saya akan menulis. Ada hal-hal yang sulit untuk diungkapkan lewat kata-kata tapi bisa disalurkan melalui tulisan. Free writing aja. Setelah nulis, biasanya jadi lebih plong. Perempuan akan selalu butuh wadah untuk menyalurkan 20.000 katanya per hari. Selain menulis, cara yang saya lakukan ya cerita apa saja ke suami. Saya dapat apa aja saya ceritain. Mungkin, karena ini juga suami jadi lebih mudah juga cerita apapun ke saya. Obrolan kami macam-macam seperti pasangan lain. Mulai dari obrolan ringan, ngomongin anak, hingga perencanaan masa depan. Sebelum pandemik ini, saya cuma dapat jatah ngobrol bareng sepuasnya waktu saja. Itu kalau salah satu di antara kami tidak ada acara. Kalau ada, ya jatahnya akan berkurang lagi. Biasanya, kalau masih juga sibuk dengan urusan masing-masing, begitu Senin datang rasanya hampa. Kalau sekarang, 24/7 bisa-bisa aja kalau mau. Ketemu terus sih. Itu tadi 7 kegiatan yang biasa saya lakukan di rumah selama karantina sendiri ini. Tiap orang pasti punya cara masing-masing untuk mengusir bosan. Buat yang suka nyanyi, mungkin akan karaoke ala-ala di rumah sama keluarga. Buat yang suka baca buku, mungkin juga akan menyempatkan waktunya buat baca. Atau bahkan cuma tidur aja. Nggak masalah, masa pandemik gini bahkan tidur sudah bisa menyelamatkan dunia. Nah, kalau kamu biasanya ngapain nih buat ngusir bosan? Cerita di kolom komentar ya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: