Indonesia Waspada Harga Jagung dan Gandum Naik

Indonesia Waspada Harga Jagung dan Gandum Naik

waspada stok dan Gandum. Analis menilai meletusnya perang antara Rusia dan Ukraina akan mengganggu rantai pasokan pangan. Eskalasi konflik antara Rusia dan Ukraina akan berdampak negatif terhadap rantai pasokan komoditas lunak seperti jagung, gandum, barley dan lain-lain. Selain itu, juga terhadap rantai pasokan komoditas logam seperti tembaga dan nikel. \"Kami percaya gangguan dalam rantai pasokan komoditas lunak kemungkinan akan mendongkrak harga pangan,\" ujar Natalia Sutanto, analis BRI Danareksa Sekuritas dalam riset yang d!rilis, Kamis (24/2/2022). Kemudian, perlu d!perhatikan bahwa Rusia adalah pengekspor gandum utama dunia. D!kombinasikan dengan Ukraina, kedua negara ini menyumbang sekitar 29% dari pasar ekspor gandum dunia. \"Meskipun musim panen beberapa bulan lagi, konflik berkepanjangan akan menciptakan kekurangan komoditas lunak dan harga yang lebih tinggi. Harga gandum dan jagung sudah melonjak,\" ujarnya. Danareksa mencatat, gandum berjangka telah melonjak 12% sejak awal tahun 2022, sementara jagung berjangka juga melonjak 14,5% sejak awal 2022. Seperti d!ketahui, perusahaan konsumer optimistis mencatatkan peningkatan penjualan di triwulan mendatang dengan ekspektasi pemulihan yang berkelanjutan di pasar dalam negeri. \"Namun, ketegangan geopolitik antara Rusia dan Ukraina mungkin mengganggu rantai pasokan pangan global. Fluktuasi harga komoditas mungkin menimbulkan risiko penurunan pada margin perusahaan consumer dan memperpanjang pemulihan kinerja keuangan,\" ungkapnya. (*) Danareksa mencatat, gandum berjangka telah melonjak 12% sejak awal tahun 2022, sementara jagung berjangka juga melonjak 14,5% sejak awal 2022. Seperti d!ketahui, perusahaan konsumer optimistis mencatatkan peningkatan penjualan di triwulan mendatang dengan ekspektasi pemulihan yang berkelanjutan di pasar dalam negeri. \"Namun, ketegangan geopolitik antara Rusia dan Ukraina mungkin mengganggu rantai pasokan pangan global. Fluktuasi harga komoditas mungkin menimbulkan risiko penurunan pada margin perusahaan consumer dan memperpanjang pemulihan kinerja keuangan,\" ungkapnya. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: