Pembangunan SUTET 275 kV Muara Enim – Gumawang juga didukung oleh dua infastruktur penopang berupa GITET 275 kV Muara Enim dan GITET 275 kV Gumawang 3 x 250 Mega Volt Ampere (MVA).
General Manager PLN UIP SBS, Wahidin, merinci bahwa pembangunan SUTET 275 kV Muara Enim – Gumawang terdiri atas 325 tower yang terhubung secara sistem ke Tol Listrik 275 kV Sumatra dan melintasi Kabupaten Muara Enim, Kabupaten OKU dan Kabupaten OKU Timur. Tujuannya, SUTET akan menopang sub-sistem Sumbagsel yang saat ini memiliki beban puncak 2.512 Mega Watt (MW).
“Dengan beroperasinya SUTET, ini akan menambah kapasitas pasokan listrik pada GITET 275 kV Gumawang sebesar 3 x 250 MVA. Selain untuk meningkatkan keandalan pasokan listrik, ini juga untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan investasi,” ungkapnya.
Wahidin juga menyampaikan bahwa pembangunan SUTET dan GITET mengutamakan pengunaan komponen dalam negeri dengan nilai TKDN.
Proses pembangunan konstruksi transmisi dan gardu induk tersebut berjalan dengan lancar dengan penerapan prinsip Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) secara konsisten. Dalam pengerjaannya, tim PLN juga berkolaborasi dengan stakeholder terkait dan masyarakat.
“PLN berupaya maksimal dengan koordinasi bersama stakeholder, memastikan kolaborasi yang baik untuk menyelesaikan pekerjaan ini. Kami mengucapkan terima kasih atas dukungan dari berbagai pihak yang telah membantu infrastruktur kelistrikan beroperasi optimal,” pungkas Wahidin.
Berita Baca Juga:
Tembus Akses Menantang, PLN Berhasil Listrik Lima Kampung di Keerom, Papua
Pemerintah melalui PT PLN (Persero) berhasil menghadirkan listrik selama 24 jam untuk lima kampung di Kabupaten Keerom, Papua. Kehadiran listrik di Kampung Banda, Kampung Pund, Kampung Ampas, Distrik Waris, Kampung Skofro dan Kampung Uskuwar ini menjadi bukti bahwa negara hadir melalui Penyertaan Modal Negara (PMN) untuk mewujudkan energi berkeadilan bagi seluruh masyarakat Indonesia.
Kehadiran listrik PLN pun mengobati kerinduan masyarakat kampung tapal batas antara Indonesia dengan Papua Nugini tersebut. Sebelumnya, masyarakat di lima kampung tersebut harus hidup tanpa penerangan di malam hari dan menuju kelima kampung itu harus melewati akses yang menantang selama kurang lebih 3,5 jam dari Kota Jayapura.
Salah seorang perwakilan masyarakat Kampung Banda, Alex May (50) menyampaikan bahwa masyarakat sudah lama mendambakan penerangan yang layak pada malam hari. Sebelumnya, untuk penerangan masyarakat menggunakan pelita atau obor setiap malamnya agar tetap bisa melakukan aktivitas. Masyarakat bahkan harus mengeluarkan uang pribadi untuk membeli minyak tanah demi bisa menikmati penerangan di malam hari.
“Kalau beli minyak tanah Rp 10ribu per liter dan setiap rumah membutuhkan 5-7 liter untuk kurang lebih pemakaian satu bulan. Kami berharap lampu dapat hadir pada semua rumah. Ini tentunya bisa membantu proses belajar karena anak-anak kami butuh hal itu untuk belajar. Kami juga bisa pakai untuk membuat bangku atau meja jika ada setrum dan tentunya bisa menambah penghasilan,” ujar Alex.
Bupati Keerom, Piter Gusbager mengapresiasi langkah PLN dan seluruh pihak yang telah membantu untuk mewujudkan ketersediaan listrik di wilayahnya. Menurutnya, Pemerintah bersama PLN terus bersinergi dalam mengambil langkah-langkah untuk menyediakan infrastruktur kelistrikan yang memadai. Dirinya percaya dengan komitmen yang baik maka kolaborasi mulia antar instansi ini akan terus memberikan manfaat bagi masyarakat.
“Saya merasa bahagia karena PLN bisa menyelesaikan pekerjaan dengan cepat. Ini memberikan harapan yang sangat besar bahwa Kabupaten Keerom dari waktu ke waktu akan terus mengalami kemajuan khususnya terkait fasilitas penerangan. Saya berharap PLN selalu menjadi mitra penting kami untuk bisa mendukung terciptanya kesejahteraan masyarakat. Saya berharap PLN selalu memiliki inovasi hingga strategi-strategi taktis dalam menerangi seluruh tanah Papua,” ungkap Piter.
Direktur Utama PLN, Darmawan Prasodjo mengatakan, perseroan berkomitmen penuh mendukung pemerataan akses kelistrikan untuk seluruh masyarakat Indonesia, termasuk di wilayah terdepan, terluar dan tertinggal (3T).
"Upaya melistriki wilayah 3T menjadi bentuk nyata kehadiran negara melalui PLN bagi masyarakat. Dengan tersedianya akses listrik, maka roda perekonomian pun diharapkan ikut terdampak," kata Darmawan.