Lahatpos.co – Menurut sebuah cerita yang tersebar, Desa ini tergolong salah satu desa yang mamur pada masa itu.
Berlokasi di kawasan Dieng, Banjarnegara, Jawa Tengah desa ini disebut dengan nama desa legateng.
Namun karna maksiat yang berlebihn akhirnya desa ini dapat azab dari tuhan.
Baca Juga HP Dengan Layar Super Fleksibel, Bisa Digulung Jadi Arloji
Baca Juga Scorpio Persahabatan Adalah Tema Hari ini, Ramalan Zodiak Sabtu 28 Oktober 2023
Diceritakan pada tahun 1955, desa ini lenyap dalam semalam karena ditimpa azab Tuhan berupa tanah longsor yang mengubur seluruh wilayah dan penduduknya.
Dilansir dari beberapa sumber, sebanyak 332 penduduk asli Desa Legetang dan 19 orang dari desa lain tewas terkubur tanah longsor.
Hanya ada satu orang yang selamat dari bencana tersebut, yaitu seorang anak laki-laki berusia 12 tahun bernama Sutrisno. Ia berhasil melarikan diri dari rumahnya yang hancur dan berlari ke desa tetangga.
Dari sebuah cerita yang mengatakan tepatnya Pada tanggal 17 April 1955, hujan deras mengguyur kawasan tersebut. Sekitar pukul 23.00, warga desa sekitar mendengar suara gemuruh yang sangat keras.
Ternyata, itu adalah suara tanah longsor dari Gunung Pangamun-amun yang mengarah ke
Tanah longsor itu begitu dahsyat dan ganas, sehingga tidak ada yang bisa selamat dari bencana tersebut.
Hingga hari ini banyak yang percaya bahwa bencana yang melanda desa Legetang bukan karna kebetulan, melainkan sebuah azab yang diturunkan oleh Tuhan dikarenakan maksiat yang merajalela di desa Legetang pada masa itu.
Di sana terdapat praktik perjudian, prostitusi, zina, minum-minuman keras, dan lain-lain.
Bahkan, di sana juga sering diadakan pentas lengger, sebuah tarian tradisional yang melibatkan pria berpakaian wanita yang menari secara erotis.
Cerita ini kemudian dikaitkan dengan kisah kaum Sodom dan Gomora dalam Al-Quran dan Alkitab.
Kaum Sodom dan Gomora adalah kaum yang durhaka kepada Nabi Luth dan melakukan perbuatan homoseksual. Kaum ini kemudian dimusnahkan oleh Tuhan dengan cara dibalikkan tanahnya dan ditimpakan hujan batu.
Meski Faktanya Hingga kini, tidak ada bukti ilmiah atau sejarah yang bisa menjelaskan secara pasti apa yang terjadi di Desa Legetang pada malam itu.
Yang tersisa hanyalah sebuah tugu peringatan yang dibangun di lokasi bekas desa tersebut. Tugu itu bertuliskan “Tugu Peringatan Bencana Alam Tanah Longsor Dusun Legetang Tanggal 17 April 1955” dengan daftar nama korban di bawahnya.
Tugu itu menjadi saksi bisu atas tragedi yang menimpa Desa Legetang dan juga menjadi peringatan bagi kita semua untuk selalu berbuat baik dan taat kepada Tuhan.