“Dan tidak beriman bersama dengan Nuh itu kecuali sedikit.” (QS. Hud: 40)
Sebagaimana pula disebutkan dalam hadits 70.000 orang yang masuk surga tanpa hisab dan tanpa azab bahwa pengikut para Nabi itu sedikit. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
فَرَأَيْتُ النَّبِيَّ وَمَعَهُ الرُّهَيْطُ وَالنَّبِيَّ وَمَعَهُ الرَّجُلُ وَالرَّجُلَانِ وَالنَّبِيَّ لَيْسَ مَعَهُ أَحَدٌ
“Aku melihat seorang nabi yang hanya memiliki beberapa pengikut (3 sampai 9 orang). Ada juga nabi hanya memiliki satu atau dua orang pengikut saja. Bahkan ada nabi yang tidak memiliki pengikut sama sekali.”
(HR. Bukhari no. 5752 dan Muslim no. 220)
Ada Nabi yang pengikutnya banyak, ada Nabi yang pengikutnya sedikit. Ini menunjukkan bahwa tidak selamanya jumlah pengikut yang banyak menunjukkan atas kebenaran. Yang jadi patokan kebenaran bukanlah jumlah, namun diilihat dari pedoman mengikuti Al Qur’an dan Hadits, siapa pun dia dan di mana pun dia berada...
Sebagaimana kata Syaikh Muhammad bin ‘Abdul Wahhab dalam Kitab Tauhid ketika menarik faedah dari hadits di atas, “Kita tidak boleh silau dengan jumlah yang banyak dan tidak boleh pesimis dengan jumlah yang sedikit.”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga menjelaskan bahwa orang yang berpegang pada kebenaran itu terasing,
بَدَأَ الإِسْلاَمُ غَرِيبًا وَسَيَعُودُ كَمَا بَدَأَ غَرِيبًا فَطُوبَى لِلْغُرَبَاءِ
“Islam datang dalam keadaan yang asing, akan kembali pula dalam keadaan asing. Sungguh beruntungnlah orang yang asing.”
(HR. Muslim no. 145, dari Abu Hurairah)
Guru kami, Syaikh Sholeh Al Fauzan berkata, “Keterasingan ini muncul ketika sudah ramainya kejelekan dan kesesatan. Akhirnya yang ada keterasingan pada kebenaran.”
(Syarh Al Masail Al Jahiliyyah, hlm. 41)
Saudaraku,
Patokan kebenaran bukanlah dilihat dari sekedar banyaknya pengikut. Apalagi hanya berdasarkan suatu survey yang masih dipertanyakan objektivitas, validitas dan reliabilitas datanya. Patokannya adalah tetap melihat apakah bersesuaian dengan kebenaran. Kebenaran sejatinya tidak memerlukan alasan pembenaran untuk membungkus suatu kebatilan...
Allah Azza wa Jalla berfirman,