
Ketika lamaran, keluarga mempelai perempuan meminta mahar uang Rp 35 juta serta emas 2 suku dan uang Rp 5 juta untuk ibu kandung sang mempelai perempuan.
BACA JUGA:Polsek Merapi dan Koramil 405-02 Merapi Kompak Gelar Pengamanan Natal
BACA JUGA:Daftar Pemenang Kejuaraan Lomba Sepeda Lahat Bercahaya Jilid 2
Setelah disepakati, akhirnya keluarga pria setuju dan sudah memberikan apa yang diminta oleh keluarga mempelai perempuan. Alhasil sukses lah prosesi lamaran keduanya.
Masalah timbul tatkala sang perempuan belum juga mengurus semua keperluan administrasi pendaftaran pernikahan di Kantor Urusan Agama (KUA). Dalam postingannya Silvia Nandira mengaku kaget lantaran sudah dekat hari pelaksanaan namun belum juga didaftarkan di KUA.
Setelah ditanya, ternyata mempelai perempuan belum mendaftar ke KUA lantaran uang Rp 5 juta untuk sang ibu belum diberikan mempelai pria.
Selain itu mempelai perempuan juga meminta uang untuk pengurusan KUA Rp 1,2 juta dan sewa hantaran Rp 1,5 juta. Jadi jika ditotal keluarga perempuan meminta kekurangan uang Rp 7,7 juta.
BACA JUGA:Wow.. Ada Wisata Alam Baru di Lahat, Tanggal 1 Januari akan Launching
BACA JUGA:Tips dari PLN, Cara Naikkan Daya Listrik Rumah
Lagi-lagi keluarga pria menyanggupi uang tersebut karena telah diancam oleh sang perempuan akan membatalkan pernikahan jika tidak dipenuhi.
H-1 sebelum pernikahan, keluarga pria datang untuk bersiap menikah dengan membawa uang Rp 7 juta.
Otomatis kurang Rp 700 dong, nah ternyata kekurangan tersebut direspon negatif oleh mempelai perempuan dengan masuk ke kamar dan membanting pintu kamarnya di depan seluruh keluarga mempelai laki-laki yang membuat pihak keluarga memutuskan untuk membatalkan pernikahan.
Kepala Desa Blambangan Salman membenarkan jika perempuan yang dimaksud memang warganya. Kata Salman, pasca kejadian tersebut Pemerintah Desa memalui dirinya dan keduabelah pihak sudah dilakukan mediasi.
BACA JUGA:Jemaat Gereja Bethel Lahat Temui Tahanan Polres Lahat, ini Kegiatannya
Namun hasil akhir pihak laki-laki memang sudah membulatkan tekadnya untuk tidak lagi melanjutkan pernikahan dengan mengikhlaskan seluruh uang yang telah diberikan.
“Memang benar, tapi yang perempuan sudah tidak pernah terlihat lagi di Desa setelah kejadian tersebut. Kami juga sudah memediasi keduanya dari pukul 20.00 hingga 01.00 WIB. Perempuan setuju untuk melanjutkan pernikahan, namun pihak laki-laki tetap pada pendiriannya untuk tidak melanjutkan pernikahan. Artinya keduanya tidak berjodoh,” kata Kades. (*)