Hal ini diungkapkan Founder Mainsepeda Azrul Ananda dalam press conference Kediri Dholo KOM Challenge 2022 di Hotel Grand Inna Tunjungan, Jumat (2/12). Dalam kesempatan itu, Azrul sempat membahas awal mula digelarnya event Kediri Dholo KOM Challenge pada Desember 2021.
Saat itu, Kediri Dholo KOM Challenge menjadi event sepeda pertama di Indonesia yang diberi izin oleh pemerintah, di tengah pandemi yang masih belum sepenuhnya melandai.
Saat itu diterapkan sistem bubble. Semua peserta harus berada di hotel yang sama.
”Tahun ini Kediri Dholo kami gelar lagi. Sekaligus ini menjadi rangkaian dari Trilogi Jawa Timur,” kata Azrul.
BACA JUGA:Akses Jalan 150 Meter Desa Lubuk Mabar Lahat Dicor Beton
Event gowes seru yang sudah memasuki tahun kedua itu diikuti 300 peserta. Mereka berasal dari 83 kota dan kabupaten dari 23 Provinsi di Indonesia. Total jarak yang ditempuh peserta 211,8 km.
Azrul mengatakan, kehadiran Trilogi Jatim itu mewadahi cyclist yang ingin happy-happy maupun mereka yang kompetitif mengejar kemenangan.
Konsep trilogi itu juga menghadirkan klasemen akhir. ”Jadi karena Kediri Dholo ini pamungkas.
Nanti akan ada dua podium. Satu untuk eventnya, satu untuk triloginya,” terangnya.
BACA JUGA:Polsek Jarai Bantu Wanita Paruh BayaKediri Dholo KOM Challenge 2022 akan start dari Balai Kota Surabaya. Pemkot Surabaya antusias menyambut event ini. Meskipun namanya Kediri Dholo, namun ada economic impact yang dirasakan Kota Surabaya.
Sebab, start event ini dilakukan di Surabaya dan melibatkan banyak peserta dari luar kota Pahlawan.
Hal ini diakui oleh Asisten II Sekkota Surabaya Bidang Perekonomian dan Pembangunan Kota, Irvan Widyanto.
Ia menyebut event yang digelar Mainsepeda selama ini sejalan dengan semangat Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi.
BACA JUGA:Pemdes Suka Negara Siapkan Dua Sumur Bor Baru
“Mas Wali (sapaan Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi) memang membuka selebar-lebarnya event yang bisa menarik orang untuk datang ke Surabaya. Seperti event-event Mainsepeda ini. Sebab event seperti ini efek dominonya bisa ke PAD (Pendapatan Asli Daerah) kita,” kata Irvan.
Apalagi, Eri Cahyadi memang ingin Surabaya menjadi kota ramah sepada. “Tahun depan kami sudah menambah sejumlah fasilitas-fasilitas sepeda,” ujarnya.