Pelatih 31 tahun menyebut, perubahan taktik di kuarter 3, jadi titik balik kebangkitan BSI.
Lebih banyak attack, berani turn over.
"Apresiasi buat anak-anak yang tidak kenal lelah. Salut,"tukasnya.
Pada final party ini, Nauza Rachel Amanda tampil paling hot.
Dia meraup 14 poin, 9 rebound. Lalu, Anggun Annaila Zahra yang menjadi "bigman", mendulang 12 poin, 1 assit, dan 21 rebound.
Nita Juniarni juga tampil "gila-gilaan". Dia mencatat 9 poin, 2 assist, plus 16 rebound. "Ini surprise. Tidak menyangka bisa champion,"ucap Nauza.
Bangkitnya BSI terlihat di quarter 3 dan 4. Tercatat, 4 kali mereka menjadikan skor draw.
Dua di kuarter 3, yakni 22-22 dan 24-24. Di kuarter 4, ada 30-30 dan 34-34. Sebelumnya di kuarter 1 dan 2, BSI tertinggal jauh 3-17 dan 16-22.
"Terima kasih, luar biasa,"teriak para rooster BSI ke Binas Boys--sebutan suporter BSI yang memanasi tribun Barat.
Capaian BSI Ini sejarah. Sebab, BSI jadi tim debutan pertama yang langsung champions.
Selain itu, BSI juga mengakhiri "derita" tim-tim putri asal Kota berikon Jembatan Ampera, yang tidak juara dalam 7 tahun terakhir.
Kali terakhir tim putri asal Palembang bisa champiions di musim 2015. Saat itu champions-nya SMA Methodist 1 Palembang. Selebihnya milik Muaraenim, Prabumulih, dan Lahat.
Sementara, tangis duka rooster SMAN 2 Lahat pecah. Tim dengan sebutan Smandala Mutiara seakan tidak percaya kalah.
Impian membawa titel champipns ketiga kalinya setelah champions 2018 dan 2019, tidak terwujud.
"Kami kurang fokus. Finishing touch tidak bagus. Padahal, peluang poin banyak. Baik dari shooting maupun freethrow,"ujar Zuhairin, asisten coach Smandala Mutiara.
Trio Alvira Destra Cahyani, Septi Amelia Boru, dan Sefia Satriani Usman sebenarnya tampil greng. Ketiganya masing-masing meraup 14, 12, dan 9 poin.