Marah Harian

Rabu 27-07-2022,06:10 WIB
Editor : Dian

ANDA pun punya pengalaman serupa ini: diperlakukan kejam oleh seseorang tapi akhirnya  berterima kasih pada orang tersebut. Begitu juga drh Indro Cahyono –teman akrab Anda itu.

Tanpa Dr Lies Parede, Indro tidak bisa jadi peneliti virus yang hebat seperti sekarang ini. Ia ingat benar ketika pertama menjadi pegawai departemen pertanian. Ia ditempatkan di Balai Penelitian Hewan (Vetaria). Di Bogor.

Hari itu Indro ingin menghadap seniornya. Untuk minta arahan apa yang harus dikerjakan. Sang senior cuek-bebek. Cenderung ketus. Sinis. Merendahkan.

Akhirnya Indro tahu. Pegawai-pegawai di situ yang memberi tahu. Sifat Dr Lies memang begitu. Bahkan dia itu tidak suka bicara dengan siapa pun. Indro pun sedikit terhibur. Tidak sendirian. Ia terus berusaha mendekati Dr Lies. Tidak putus asa. Tidak ngambek.

Ia tahu bahwa Dr Lies memang orang hebat. Dr Lies jagoan dalam melakukan riset. Tidak terbantahkan.

Dr Lies adalah penemu vaksin flu burung. Juga penemu vaksin ND dan Gumboro. Beliau mampu melakukan isolasi virus-virus ayam. Juga mampu melakukan setting uji diagnostik nasional untuk Flu Burung, ND dan Gumboro.

Indro justru mengagumi seniornya itu.

Enam bulan lamanya Indro melakukan riset sendiri. Tanpa bimbingan siapa pun. Ia meneliti embrio.

Melihat ketekunan Indro itu hati Dr Lies akhirnya luluh. Sedikit. Dia lemparkan satu berkas ke Indro. "Pelajari itu. Kamu bikin. Ikuti apa yang ada di berkas itu," ujar Dr Lies seperti ditirukan Indro –mungkin tidak persis begitu.

Yang dilemparkan itu adalah berkas hasil penelitian seorang profesor dari Inggris: Eric Worral. Ia menemukan: virus itu bisa dikeringkan. Lalu dibikin bubuk. Disimpan. Kelak bubuk itu dihidupkan. Virus pun bisa hidup kembali.

Oleh Eric, teknik mengeringkan virus itu disebut Xerovac. Indro harus membaca hasil penelitian Eric. Lalu harus mempraktikkannya. Indro harus bisa mengeringkan virus. Caranya sesuai dengan petunjuk Eric Worral.

Sebelum mempraktikkannya Indro harus merumuskan dulu secara tertulis. Rumusan itu ia sodorkan ke Dr Lies. Sang pembimbing hanya melirik sekilas kertas Indro. Lalu membuangnya begitu saja.

Indro memungut karya tulisnya itu. Ia renungkan lagi di mana salahnya. Ia pun membuat rumusan baru. Disodorkan kembali ke Dr Lies. Dibuang lagi.

Dibuang lagi.

Dibuang lagi.

Sampai 17 kali.

Di sodoran yang ke 18 Lies masih tidak gembira. Tapi tidak dibuang lagi. "Kerjakan," kata Dr Lies.

Maka Indro mengerjakan proses pengeringan virus. Berhasil. Bisa juga membuat bubuk virus. Bisa disimpan sampai 6 bulan. Artinya: di bulan keenam itu virus masih bisa dihidupkan lagi. Masih bisa hidup.

Virus yang dikeringkan itu adalah Gumboro. Avibirnavirus. Serupa virus AIDS pada manusia, tapi menyerang ayam. Yakni menyerang sistem kekebalan ayam.

Sekian tahun kemudian Indro gemetar. Ia mendengar Eric Worrel mau datang ke Bogor. Ia membayangkan apakah akan bisa bertemu Eric, tamu penting di Balai Penelitian tempatnya bekerja. Indro masih peneliti junior. Indro begitu ingin bertemu dengan peneliti yang karyanya ia praktikkan. Indro ingat gara-gara karya Eric ia dilempar 17 kali oleh Dr Lies.

Bisa bertemu.

Indro hanya ingin minta tanda tangan. Bukan di bukunya, tapi di atas berkas hasil penelitiannya. Berkas itu sudah agak lusuh. Tapi bersejarah bagi dirinya.

Saat Indro minta tanda tangan itulah Eric memuji Indro. "Saya pakai cara Anda. Anda hebat. Bagaimana Anda bisa membuat bubuk virus yang mampu bertahan enam bulan," ujar Eric.

Kepala Indro membesar. "Bikinan saya sendiri hanya bisa bertahan dua minggu," ujar Eric. "Apa yang kamu lakukan?" tanyanya.

"Saya hanya mengikuti hasil penelitian Profesor Eric," jawab Indro merendah.

Kini Eric sudah meninggal. Indro tahu dari anaknya. Sang anak ke Bogor juga. Ia bukan peneliti seperti ayahnya. Ia pewaris perusahaan. Penemuan-penemuan Eric telah menjadi kekayaan perusahaan.

Saat tersiksa itu Indro sudah kawin. Sudah punya anak. Ia kawin ketika masih sama-sama mahasiswa Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada. Waktu wisuda pun anaknya sudah satu.

Indro mengajak istri dan tiga anaknya saat meneruskan kuliah di Australia. Sang istri jualan makanan di Australia. Untuk bisa mencukupkan beasiswa yang suami.

Rupanya Sang istri jadi penguat suami. Terutama saat Indro di- bully secara nasional. "Saya sudah kebal. Dimarahi siapa pun tidak terasa," katanya.

Gara-gara tiap hari dimarahi Dr Lies dulu?

"Bukan hanya itu. Sampai sekarang pun saya masih dimarahi. Tiap hari," katanya.

Yang disindir rupanya terasa. Ia pukul pundaknya dengan kepalan tangannyi. Pasangan ini, ehm, seperti masih pacaran saja. (*)

 

Komentar Pilihan Disway*

Edisi 26 Juli 2022: Puting Jantan

 

Johannes Kitono

Heran kok sapi jantan ga punya puting. Padahal juragan disway dan banyak komentator yang lanang juga punya puting. Memang benar kakinya tetap dua bukan empat seperti sapi jantan.

 

Mbah Mars

Sapi jantan tidak punya puting ? Punya lah. Hanya saja, seperti manusia laki-laki. Putingnya tidak menonjol. Tidak bisa dipilin-pilin dan dipelintir seperti uliran volume radio. Masih tidak percaya ? Sono cari sapi dan raba-raba sendiri. Wkwkwkwk.

 

Mirza Mirwan

Tiba-tiba saya merenung. Kalau dari 200 ekor sapi ada 8 ekor yang mati, lalu 58 ekor lagi disembelih dini, berarti begitu banyak sapi yang mengalami nasib serupa. Saya yakin, 200 ekor di Lamongan itu milik peternak yang tergabung dalam koperasi. Sapi milik peternak yang tidak tergabung dalam koperasi tentu juga tidak sedikit. Di kabupaten lainnya mungkin tingkat mortalitas sapi gegara PMK juga seperti itu. Sapi yang disembelih dini juga demikian. Sangat disayangkan, tentu saja. Setahu saya di Kementerian Pertanian itu ada Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan. Sang Dirjen tentu sudah tahu reputasi drh. Muhammad Indro Cahyono dalam bidang virus. Mengapa tidak mau melibatkan beliau? Jangan-jangan hanya karena Pak Indro suka membuat pernyataan tentang virus Covid yang, menurut penafsiran Sang Dirjen, terkesan tidak sejalan dengan kebijakan Satgas Covid-19. Jangan-jangan pula organisasi dokter hewan tidak merekomendasikannya. Saya ingat, dulu itu PDHI membuat siaran pers terkait statemen Prof. Nidom dan drh. Indro tentang virus Covid sebagai pernyataan pribadi, bukan PDHI -- ya memang pernyataan pribadi, wong keduanya ahli virus, sedang dokter hewan lain di PDHI bukan. Untuk kepentingan rakyat, semestinya sentimen seperti itu dikesampingkan. Kesannya kok kekanak-kanakan, gitu lho!

 

Jimmy Marta

Lokakarya spt di lamongan itu sebaiknya diadakan di banyak tempat. Gk banyak narsum spt drh indro ini. Dilihat kiprahnya beliau dah setara profesor. Ilmu mumpuni, namun ringan berbagi. Agar manfaat lebih menyebar, sebaiknya acara diikuti disamping petani peternak juga oleh penyuluh pertanian lapangan. Dari ppl diharapkan dp menjangkau kalangan petani lebih luas. Teruslah berbagi, teruslah menyebar manfaat. Salam semangat

 

dabaik kuy

kata pak pry nilainya 98... memang kalau ada putingnya jd mantab tulisan abah... besok lusa kalau sdh malam blm ada ide tulisan utk bsk... maka nulis tema puting aja bah....nilainya pasti diatas 90....salam puting ... eh...gara2 puting lupa sama rahayu

 

Jimmy Marta

Out of topic. Sedikit tergelitik baca running text di satu tv pagi ini. Polda Jambi turunkan 1200 personel untuk mengamankan proses ekshumasi besok. Ada apa..kok segitunya. Genting amat..!

 

rihlatul ulfa

saya bercita2 dulu mau menjadi wartawan. melihat tulisan abah DI yang selalu runtun dan mendalam dan di selingi guyon2 yang bisa membuat pembacanya tertawa secara tiba2,yang mampu menulis tentang apa pun. saya pikir menjadi wartawan begitu berat,bagaimana bisa mengetahui segala hal dari semua perspektif yang ada. apa lagi tentang PMK ini,yang sebenernya saya gak tertarik dengan segala hal yg berbau binatang. memang benar,kalau abah DI gak nulis itu rugi, pengetahuannya ampun2an

 

kris wantoro

Baca di web Disway itu spt denger lagu nya SLANK judulnya I Miss U but I Hate U, rindi dengan tulisan Abah, benci dengan iklan goyang mari Vania.

 

Dodik Wiratmojo

Tulisan abah mengingatkan saya waktu msh sd, guru les memberi tips mudah mengingat nama 4 lambung sapi, beliau menyuruh mengingat "beja kimas" yang artinya besar jala kitab masam, begitu juga ingatan map, yang artinya urutan manis asam pahit organ perasa pada lidah,dan singkatan ilmu lainnya, ajaib semua keluar di soal ujian sd, guru memang pahlawan tanpa tanda jasa... Tidak hanya aspal dan jiwasraya saja yang dimakan, ada batu, saham,minyak sampai dana sedekah juga dimakan, mungkin sapi ras baru :)

 

neng bonita

salut sama pakdhe indro dan budhe nanik, mereka selalu kompak bahkan di setiap podcast meskipun wajah budhe gak pernah nongol tp suaranya yg renyah selalu menemani

 

Liam Then

Hehehe, Prof Nidom sampai ke Jepang nguli dua minggu. Supaya dapat dana 100jt lebih. "Wah hebat". Saya mbathin. Level nya prof memang lain. 100jt lebih cuma perlu 2 minggu. Nah ,barusan saya juga mbathin ; " berarti ada lebih hebat lagi, gak perlu nguli ke Jepang untuk dibuat kan ruangan senilai 6 milyar. Saya barusan juga baru mbathin "itu namanya logika gundulmu liam"

 

Johannes Kitono

Seandainya dana 6 mily untuk renovasi ruang kerja Advisor BRIN dipakai oleh Drh Indro dan Disway buat seminar . Pasti banyak sapi yang selamat dan terhindar dari PMK. Bukan hanya sapi di Lamongan saja, bisa jadi sapi di seluruh Indonesia. Ini ada tip bagi teman yang kesulitan bikin Eco Enciem PH 4 . Now bisa beli online di Tokopedia dengan harga Rp.25 rb/liter. Beli 2 liter dapat bonus 1/2 liter. Murah meriah. Selain untuk obati PMK bisa juga dipoles dimuka. Kulit akan tambah bersih dan kencang asal jangan dipoles di puting.

 

Pryadi Satriana

Spt halnya manusia, sapi jantan jg punya puting ... tp tidak se-"menonjol" sapi betina. Spt halnya manusia, sapi jantan cenderung berkulit lebih gelap drpd sapi betina. Saya rasa, Pak Dahlan juga berkulit lebih gelap drpd Bu Dahlan. Spt halnya manusia, sapi jantan juga punya testis ... lebih besar drpd manusia krn "anu"-nya juga lebih besar. Spt halnya manusia, sapi jg perlu diberi "tekanan" spy bekerja dg lebih baik: sapi kadang perlu dipecut, manusia kadang perlu di-"ilokno." Buktinya? Tulisan hari ini jauh lebih baik drpd kemarin... . Salam. Rahayu.

 

Liam Then

Produktifitas Pak DI selalu membuat saya menghina diri sendiri. "Liat orang tua itu, begitu sibuknya masih rajin nulis tiap hari, kamu pandainya bikin sarang walet di bantal saja." Kemudian saya mbathin membela diri sendiri. "Di dunia ini ada manusia normal dan tak normal , yang tabungannya sedikit dan tabungannya banyak, di dunia demokrasi yang lebih 50 persen yang menang. Sekarang banyakan mana yang nulis tiap hari sama yang tidur tiap hari?". Jika di uji statistik, berapa persentase orang normal yang menulis tiap hari?" Persona Liam yang idealis tidak terima. "Lantas ,menulis leleran jigong sebagai sarang walet ,kemudian diberitahukan kepada semua orang itu normal?" ...... "Kamu kenapa mendebat diri sendiri?" ....... Saya pamit dulu, mau bikin janji dengan psikiater, kayaknya saya kumat lagi.

 

Jimmy Marta

Rupanya persahabatan abah dg pakdhe indro itu sama dg kita2 disini. Abah dg komentator. Atau sesama komentator. Seperti akrab (sok akrab kalee..hehe) padahal belum pernah ketemu. Ketemuan abah dan drh indro itu bersuanya dua sosok profesional. Kalem elegan. Beda ketemunya fans dg idola. Kalau itu ada seru2 nya. Teriak2, rebutan dekat dan selfi2an..haha.

 

*) Diambil dari komentar pembaca http://disway.id

 

Kategori :