Tanpa Jumbo

Kamis 30-06-2022,00:00 WIB
Reporter : Dahlan Iskan
Editor : Dian

Duh Amerika yang begitu majunya pun masih seperti itu. Kolot banget pola pikir sebagian warganya. Kelompok konservatif dimana-mana selalu menghambat kemajuan bangsa. Jangan heran bila di Indonesia (yang masih penuh demit) pun demikian. Dan agama sangat efektif untuk digunakan. Politikus demit paham betul potensi itu. Mereka mendulang suara dengan menjanjikan program konservatif yang berbasis agama. Bahkan Tuhanpun kaget namanya sering dibawa-bawa. Pantas saja era reformasi dengan skenario optimis (20 tahun RI akan maju, korupsi hilang), kandas ndas. Terbukti sekarang bagaimana keadaan negara kita. Korupsi masih merajalela. Para politikus semakin memburamkan harapan rakyat. Sekarang tinggal kita tunggu era reformasi dengan skenario pesimis yaitu 50 tahun (dari 1998) Indonesia akan menjadi negara maju. Pencetus skenario era reformasi ini adalah Pak Dahlan Iskan dalam suatu seminar awal reformasi (1999) yang diselenggarakan di hotel Simpang Surabaya. Pembicara lainnya adalah Ciputra, M. Zuhdi (Wakil Gubernur Jatim) dan seorang lagi saya lupa. Semoga pak Dahlan masih ingat ... Apa sekarang ada skenario lainnya? Skeptis misalnya ha-ha.

 

Pryadi Satriana

'Imam Trump' itu dari 'Imam Jazuli' dan 'Donald Trump'. Dahlan Iskan memang buat judul "sak karepe dewe." Menganalogikan 'langkah Trump' dg 'langkah Jazuli'. Analogi yg salah. Trump tidak memainkan politik identitas, mayoritas penduduk 'sono' memang non-Muslim. Jazuli mau "mem-PKB-kan NU." Dia bilang agar Mbak Yenny stop provokasi dan bisa 'move on', melupakan bahwa Mbak Yenny didongkel dari posisi Sekjen PKB oleh Cak Imin, sedangkan Gus Dur dicopot dari Dewan Syuro PKB. Stop provokasi? Lha wong yg provokasi Jazuli kok. Imam "pedotan PDIP" Jazuli itu lupa - atau pura2 lupa - bahwa NU itu punya integritas dan ndhak mau membingungkan umat. Karena itu, di Rembang, 16 Mei 2004 lalu, rapat Syuriyah PBNU memutuskan menon-aktifkan KH Hasyim Muzadi dan Solahuddin Wahid dari jabatan Ketua Umum dan Ketua PBNU sejak resmi ditetapkan sebagai cawapres. NU memang beda dengan MUI. Sang Ketum MUI tetap menjabat "Ketum non-aktif", padahal sudah pernah berjanji akan mundur kalau jadi Wapres, eh... ndhak jadi, alasannya: menyesuaikan dengan hasil Rakernas MUI (halaah, itu mah rasionalisasi, "penyakit" manusia yg punya rasio/nalar!). Saya kembali mengingatkan: "Lupakan Jazuli, yg "bukan siapa-siapa", eh ... keliru, yg "jebolan PDIP", ikuti Gus Yahya yg membebaskan nadliyin untuk memilih wakil2 mereka sesuai pertimbangan masing2. Ulama itu ngurusi umat, termasuk ada yg jadi politisi. Ingatkan politisi yg salah. Jangan malah jadi politisi. Nabi bersabda:"Antum a'lamu bi umuuri dunyaakum." Salam.

 

Dodik Wiratmojo

Ketumnya udah over stay, pamornya udah turun dibanding ketum parpol lain,dimana2 ada posternya di jln, tp gitu2 saja, ga ada respon, saya yakin Pkb jadi partai besar kl sudah diganti, tapi kabarnya sudah dipagari dari dlm, ah sudah lah....Trump ga jadi coblos pkb hhhhhhh

 

Don KongKing

Abah, Nipress bangkrut tuh, karyawan belum ditunaikan haknya, distributornya juga pada marah, klaim aki numpuk entah harus diretur kemana. Apakah ada hubungannya dengan STAL nya Pak Widodo Sucipto?

 

*) Diambil dari komentar pembaca http://disway.id

 Anda bisa menanggapi tulisan Dahlan Iskan dengan berkomentar http://disway.id/. Setiap hari Dahlan Iskan akan memilih langsung komentar terbaik untuk ditampilkan di Disway.

 

Kategori :

Terkait

Jumat 01-07-2022,06:08 WIB

Pahlawan Irpin

Kamis 30-06-2022,00:00 WIB

Tanpa Jumbo

Jumat 17-06-2022,16:35 WIB

Dua Tinggi