LAHATPOS.CO, Lahat - Ribuan Keluarga Penerima Manfaat (KPM) Kabupaten Lahat, menerima penyaluran program Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT). Namun, beberapa KPM mengeluhkan adanya dugaan kecurangan yang dilakukan oknum e-Warong (agen Brilink). Sebab nilai barang yang diterima tidak sesuai dengan nominal uang Rp 200 ribu perbulan yang disalurkan pertriwulan dari program pemerintah pusat itu. Di Kabupaten Lahat, bantuan bantuan sosial BPNT ini melalui BRI. Kemudian PKM dapat mengambil paket sembako ke agen Brilink yang telah ditentukan, yang tersebar di beberapa wilayah Kabupaten Lahat. Salah satu e-Warong di Kota Lahat, hanya memberikan paket 10 kilogram beras, satu karpet telur, satu kilogram gula pasir, dan satu kilogram minyak goreng perbulan. Padahal dari penelusuran harga eceran 10 kilogram beras dengan merek yang diberikan hanya Rp 110 ribu, satu karpet telur Rp 48 ribu, satu kilogram gula pasir Rp 12.500, dan satu kilogram minyak goreng Rp 19 ribu, dengan total keseluruhan Rp 189.500. Artinya masih ada sisa uang Rp 10.500 yang disunat oknum e-warong itu. “Kalau dihitung dengan harga eceran di pasar, jelas masih kurang dari Rp 200 ribu,” ujar salah seorang PKM, yang minta namanya tidak disebutkan. Menariknya, tidak seluruh paket sembako yang diterima pertriwulan itu diterima PKM. Ada pula PKM yang menerima hanya 30 kilogram beras, tiga karpet telur, dan masing-masing hanya satu kilogram gula dan minyak goreng. Tentu saja, jumlah yang sembako yang harusnya diterima, tidak sesuai alias diduga disunat e-warong itu. Namun, meski merasa telah dicurangi, PKM hanya bisa menggerutu. Tidak ada niat oknum e-warong tersebut untuk memberikan hak PKM secara penuh, meski telah dikomplain. Padahal oknum tersebut telah mendapatkan keuntungan dari paket yang diberikan, ditambah lagi nilai yang sembako yang diberikan tidak sesuai dengan harusnya yang disalurkan. “Jatah telur saya minta diganti beras, tapi yang diberikan hanya 5 kilo beras saja perkarpet telur. Pahadal kan harga telur itu Rp 48 ribu perkarpet, kalau hanya diganti beras lima kilo jadinya harga telur itu Rp 55 ribu,” keluh seorang warga lain. Hanya saja, pantauan awak media, tidak seluruh e-warong curang. Bahkan, ada e-warong yang mempersilahkan PKM memilih sendiri sembako yang diinginkan, tapi tetap dengan total nilai Rp 200 ribu perbulan. Sehingga PKM lebih leluasa memilih sembako yang memang jadi kebutuhan. \"Tidak ada penjelasannya, apakah harga tidak sesuai di pasar itu untuk biaya admin Brilink,\" ujar warga lain. Pemimpin Cabang BRI Lahat, Pradia Baradi mengatakan, sebagai bank yang bekerjasama dalam program BPNT, tanggung jawab BRI fokus pada buku tabungan dan kartu untuk penerima manfaat bantuan. Dirinya menegaskan, tidak ada biaya administrasi apapun bagi PKM menerima bantuan yang ditransfer ke rekening bank PKM tersebut. “Itu di agen Brilink daerah mana?,” tanyanya, seraya akan menindak agen Brilink yang berlaku curang tersebut, bila mengetahuinya. Terpisah, Kepala Dinas Sosial Lahat, Ekman Mulyadi SSos mengatakan bantuan itu melalui pemerintah pusat, dan masuk ke rekening bank. Sistemnya bernama e-warong yang bekerja sama dengan Himpunan Bank Negara (HIMBARA), melakukan transaksi menyalurkan sembako bagi Keluarga Penerima Manfaat (KPM) penerima bansos sembako Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT). \"Kami repotnya, tidak bisa mengetahui langsung, karena Dinsos hanya sekedar laporan dari pusat,\" ujar Ekman. (zki)
Oknum Agen Brilink Diduga Curang
Senin 20-12-2021,06:18 WIB
Kategori :